Perjuangkan Nasib Perempuan dan Anak, Karen Idol Bergabung ke PSI

Laporan: Lilis
Kamis, 17 Juni 2021 | 16:09 WIB
Dok. DPP PSI
Dok. DPP PSI

SinPo.id - Finalis ajang pencarian bakat Indonesian Idol musim pertama, Karen Pooroe, memutuskan bergabung ke Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Alasannya, dia melihat PSI punya kepedulian besar terhadap isu perempuan dan anak.   

“Saya menemukan kesamaan nilai, perjuangan dan cita-cita dengan PSI, terutama dalam isu perempuan dan anak ini. Hanya PSI, menurut saya,  yang punya kepedulian tinggi untuk isu perempuan dan anak. Karena itu, saya memutuskan untuk bergabung dalam keluarga besar PSI,” katanya dalam konferensi pers daring dan luring di Basecamp DPP PSI, Jakarta Pusat, Kamis 17 Juni 2021. 

Selain dikenal sebagai penyanyi, di tahun 2019 Karen mengejutkan publik lantaran menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) oleh sang mantan suami. 

Tak hanya itu, selang beberapa bulan kemudian, Karen pun harus kehilangan anak semata wayangnya, Zefania Carina, yang meninggal dunia diduga akibat mengalami kecelakaan saat berada di apartemen yang disewa mantan suami Karen. 

Sebelum kejadian nahas itu, selain melakukan KDRT, mantan suami Karen juga membawa paksa Zefania Cania. Kasus ini masih bergulir untuk mencari penyebab pasti kematian anak berusia 6 tahun itu. 

Belajar dari pengalamannya sebagai penyintas KDRT, Karen lebih banyak disibukkan dalam upaya perlindungan perempuan dan anak korban kekerasan. Untuk aktivisme ini, Karen didukung penuh oleh Kak Seto dan Ketua Komnas Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait. 

Karen menyebut, ada sejumlah kasus kekerasan pada perempuan dan anak yang sudah dia bantu tangani.  

Kendati demikian, Karen mengaku awalnya dia tidak berminat terjun ke politik praktis, apalagi masuk dalam struktur partai politik. Namun kini, dia merasa perlu mengikat diri dengan politik. Dengan masuk ke politik, lanjut Karen, perjuangannya dalam melindungi perempuan dan anak akan jauh lebih mudah. 

“Setelah mendampingi banyak perempuan korban KDRT, saya sadar bahwa saya butuh kekuatan lain untuk menjadi sandaran semua perjuangan saya ini. Saya tidak bisa menghadapinya seorang diri. Saya butuh bersama orang-orang yang juga peduli dengan isu anak dan perempuan,” ujar perempuan bernama lengkap Karen Theresia Pooroe itu. 

“Dengan berpolitik, saya yakin kita bisa melakukan perbaikan yang jauh lebih besar, ketimbang saya berada di luar. Karena berpolitik juga berarti terlibat langsung dalam pembuatan kebijakan publik,” tandas penyanyi berdarah Maluku itu. 

Sementara itu, Ketua Komnas Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait mendukung penuh langkah Karen Pooroe sebagai aktivis perlindungan perempuan dan anak. Dia juga berharap, transformasi Karen dari penyintas menjadi aktivis itu, mendorong perempuan lain untuk menolak dan melawan KDRT.  

“Harapannya adalah, bahwa dari kasus yang dialami Karen Pooroe ini menjadi inspirasi kaum perempuan agar menolak KDRT. Ini adalah penting sekali. Oleh karena itu, saya mendukung -dengan pengalaman nyata dari Ibu Karen ini- Ibu Karen sekarang yang terus berjuang sebagai aktivis perempuan dan anak, dan akan terus dilakukan di tengah-tengah masyarakat,” kata dia dalam sebuah video testimoni. 

Senada dengan Arist, Kak Seto pun berharap pengalaman Karen sebagai penyintas dan aktivis bisa menginspirasi kaum perempuan untuk berani menyuarakan hak-hak mereka, terutama ketika perempuan mengalami korban kekerasan.

“Ke depannya saya juga berharap banyak kaum ibu yang berani menyuarakan suara-suara kaum perempuan, belajar atau terinspirasi oleh pengalaman-pengalaman luar biasa dari Ibu Karen. Secara pribadi, saya pun banyak belajar dari beliau, terutama dalam ketegaran dan ketabahan menghadapi berbagai cobaan, sehingga tetap senyum, tegar, penuh rasa syukur dan kemudian mendorong untuk bisa menjadi pejuang-pejuang yang membela hak-hak dari kaum yang sama mengalami pengalaman-pengalaman negatif seperti itu,” ujar tokoh perlindungan anak-anak itu. 

Konferensi pers yang juga dihadiri Plt. Sekjen DPP PSI Dea Tunggaesti, Ketua DPP PSI Isyana Bagoes Oka, Bendahara Umum DPP PSI Suci Mayang Sari, Direktur Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak DPP PSI Imelda Berwanty Purba, anggota DPRD Provinsi Banten dari PSI Maretta Dian Arthanti, Ketua DPD PSI Kota Bekasi Tanti Herawati, dan sejumlah kader perempuan PSI lainnya itu, sekaligus meluncurkan Komite Solidaritas Pelindung Perempuan dan Anak. sinpo

Komentar: