Sekjen PDIP Ungkap Isi Obrolan Nadiem dengan Megawati

Laporan: Lilis
Rabu, 21 April 2021 | 17:26 WIB
Hasto Kristiyanto (Dok. PDIP)
Hasto Kristiyanto (Dok. PDIP)

sinpo - Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengungkap soal pertemuan antara Presiden RI Kelima dan Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Ibu Megawati Soekarnoputri dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim. Bagaimanapun Ibu Megawati dikenal sebagai sosok negarawan dengan pengalaman yang luas. Usia 14 tahun, Ibu Mega sudah menjadi delegasi termuda GNB di Beograd. 

"Dan sejak kecil, beliau diajak Bung Karno menerima tokoh-tokoh mancanegara dan tokoh kebangsaan, tokoh agama dan tokoh pergerakan, juga tokoh-tokoh perjuangan. Dengan pengalaman yang sangat luas, terlebih konsistensi perjuangan Bu Mega pada jalan Pancasila, maka wajar jika secara periodik Ibu Mega berdialog dengan Presiden Jokowi dan jajaran pemerintahannya. Baik dari kalangan menteri, badan-badan negara maupun pimpinan Partai dan pimpinan lembaga-lembaga tinggi negara," katanya dalam keterangannya, Rabu (21/4/2021).

Ia menambahkan ertemuan dengan Pak Nadiem sudah dilakukan beberapa kali, guna membahas politik pendidikan yang bertumpu pada upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Politik pendidikan untuk meletakkan landasan kebudayaan bagi kemajuan bangsanya melalui penguasaan iptek; politik pendidikan yang berakar pada sejarah perjuangan bangsa. Jadi dialog tsb memang perlu bagi kepentingan kemajuan dan peningkatan kualitas pendidikan nasional bangsa. 

"Jika ditanya apa saja yang dibahas selama dua jam pertemuan, maka banyak yang dibahas. Dimulai dari politik pendidikan, pentingnya Pancasila, dan juga pendidikan budi pekerti serta kebudayaan," katanya.

Menurutnya, Mega berulang kali menekankan pentingnya pendidikan karakter dan pendidikan yang menggelorakan rasa cinta pada tanah air tidak hanya melalui teori, namun juga praktek, guna memahami apa itu gotong royong, nasionalisme, dan pengenalan Indonesia yang begitu plural. 

"Jadi bukan hanya aspek kognitif saja. Ibu Mega juga banyak menceritakan pengalamannya ketika oleh Bung Karno diminta belajar di Perguruan Cikini yang didirikan oleh para pejuang perempuan," katanya.

Ia menambahkan jika kemudian ada yang mengaitkan dengan isu reshuffle, harus dipahami bahwa PDI Perjuangan selalu memegang prinsip bahwa reshuffle hanya terjadi atas keputusan Presiden. Pertemuan tersebut tidak membahas hal itu. Karena persoalan pendidikan sebagai dasar kemajuan bangsa merupakan hal yang fundamental. 

"Jika ditanya bagaimana kami memandang kinerja Mendikbud sejauh ini, apa yang dicanangkan oleh Mendikbud Nadiem Makarim dengan pendidikan yang memerdekakan dan berakar pada falsafah pemikiran Ki Hadjar Dewantara perlu mendapat dukungan. Partai tidak melihat menteri sebagai individu," katanya.

Ia menambahka  partai melihat menteri sebagai pembantu presiden yang harus menjalankan kebijakan presiden yang berfokus pada upaya menjalankan konstitusi dan UU dengan selurus-lurusnya. Terlebih pendidikan juga harus mengedepankan objektivitas, rasionalitas, dan semangat juang untuk menguasai ilmu pengetahuan. 

"Atas pemaparan Menteri Pendidikan bagaimana pendidikan juga membumikan Pancasila sangat menarik dan penuh dengan inovasi dan terobosan," katanya.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI