(HOAX)Pelaku Peledakan Gereja Katedral ,BOM Diledakkan Lewat Remote Kendali Jarak Jauh
sinpo,
Akun Faceboook Abdul Ghoni ( fb.com/100061716917873 ) pada 30 Maret 2021 mengunggah gambar layar ke grup Islam World News dengan narasi sebagai berikut:
“Benarkah? .. Tanya… ..”
Di gambar tersebut terdapat narasi: “Sandiwara rezim PKI dg org Islam persis yg terjd di Surabaya Tempo dulu. Korban disuruh antar barang di gereja sebelum masuk gereja BOM diledakkan lewat remote kendali jarak jauh. PKI ingin memframing PD publik bhw Islam teroris. Hati2 jika ada seseorang menyuruh yg menyuruh kita minta kirimkan barang ke gereja. Bisa didlm barangnya terisi bom kendali jarak jauh jd strategi PKI utk menghancurkan islam ”
Berdasarkan hasil penelusuran, klaim bahwa ledakan bom di Gereja Katedral Makassar dikendalikan dari jarak jauh persis dengan peristiwa bom di Surabaya merupakan klaim yang menyesatkan.
Faktanya, bom yang meledak di Surabaya pada 2018 dan Gereja Katedral Makassar pada 2021 dipastikan adalah bom diri. Bukan bom yang dikendalikan dari jarak jauh menggunakan remote control.
Dilansir dari JawaPos, Polisi telah mengidentifikasi bahwa peledak yang pelaku bom di Surabaya berbentuk ikat pinggang, bukan paket barang. Jelas praktiknya adalah bunuh diri.
Contohnya, saat pelaku meledakkan diri di area parkir GKI Diponegoro pada 13 Mei 2018. Saat itu polisi menemukan satu pelaku aksi yang masih menempel di paha salah seorang anak. Tim penjinak bahan peledak (jihandak) langsung melepaskan bom tersebut dari paha anak pelaku yang tewas.
Sementara itu, dilansir dari Medcom.id, Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo mengatakan bahwa terduga pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar merupakan jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD), yang terlibat dalam serangan di Filipina beberapa waktu lalu. Listyo Sigit menjelaskan, pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar berinisial L. Pelaku yang mengakibatkan 19 orang (sebelumnya ditulis 20) itu merupakan atau terkait dengan terduga teroris yang beberapa waktu lalu ditangkap di Kota Makassar, tepatnya di Villa Mutiara.
“Bersangkutan merupakan kelompok dari beberapa pelaku yang beberapa waktu lalu, telah kita amankan,” katanya, di Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu, 28 Maret 2021.
Ia juga mengatakan bahwa pelaku merupakan bagian dari jaringan yang juga melakukan penyerangan gereja di Jolo, Filipina pada 2018 lalu. Bahkan pihaknya telah mencocokkan data-data dari pelaku dan dapat dikatakannya dengan jaringan tersebut. Sigit membeberkan jenis bom yang digunakan pelaku bom bunuh diri. Ia menyebut ledakan yang menyebabkan 19 orang terluka itu berasal dari jenis bom panci.
“Ledakan yang terjadi ledakan bunuh diri dengan menggunakan jenis bom panci,” kata Listyo, 28 Maret 2021.
Ledakan asal panci itu bersifat ledakan tinggi. Akibatnya, menjadikan tubuh pelaku tercerai berai di lokasi kejadian. Tak hanya itu, sejumlah kendaraan dan kaca hotel di sekitar lokasi ledakan pun pecah.