Indonesia Dipaksa Mundur dari All England, KOI Pertimbangkan Bawa Kasus ke Arbitrase Internasional

Laporan: Tisa
Sabtu, 20 Maret 2021 | 13:31 WIB
Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali dan Ketua Umum (Ketum) Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Raja Sapta Oktohari dalam keterangan pers di Jakarta, Jumat (19/3/2021). (Foto: YouTube Kemenpora RI)
Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali dan Ketua Umum (Ketum) Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Raja Sapta Oktohari dalam keterangan pers di Jakarta, Jumat (19/3/2021). (Foto: YouTube Kemenpora RI)

sinpo, JAKARTA - Ketua Umum (Ketum) Komite Olimpiade Indonesia (KOI) atau National Olympic Committee (NOC) Indonesia Raja Sapta Oktohari menyampaikan pihaknya telah melayangkan surat protes kepada Badminton World Federation (BWF) terkait dipaksa mundurnya tim bulu tangkis Indonesia dari All England Open 2021 yang digelar di Birmingham, Inggris.

Okto menyampaikan, setiap negara mempunyai regulasi terkait penanganan pandemi COVID-19, termasuk di negara Indonesia maupun Inggris. Untuk itu, penyelenggara kegiatan di setiap negara harus beradaptasi dengan protokol kesehatan yang telah ditetapkan oleh otoritas setempat.

“Kami dalam hal ini memberi pernyataan yang sangat tegas kepada BWF agar tidak buang badan ke Pemerintah Inggris. Kami sudah melayangkan surat kepada BWF dan juga kepada NOC Inggris,” ujarnya dalam keterangan pers bersama Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali, Jumat (19/3/2021), di Jakarta.

Menurut Okto, surat yang disampaikan kepada BWF bersifat protes sedangkan yang disampaikan kepada NOC Inggris berupa permintaan dukungan.

“Karena yang melaksanakan kegiatan bukan Pemerintah Inggris tetapi panitia pelaksana All England. Ini sangat mengecewakan. BWF harusnya bertanggungjawab penuh atas keteledoran yang terjadi di All England,” tegasnya.

Ia menyampaikan, tim Indonesia telah disuntik vaksin COVID-19 serta menjalankan tes PCR sebelum keberangkatan dan saat kedatangan di Inggris. Bahkan, beberapa pemain Indonesia sudah bertanding di ajang bergengsi tersebut.

Okto menyayangkan perlakuan diskriminatif, tidak profesional dan tidak adil yang diterima oleh tim Indonesia. Pasalnya, selain dipaksa mundur dari pertandingan, tim Indonesia juga tidak diperkenankan untuk menggunakan lift dan naik bus oleh penyelenggara.

“Kami melihat apa yang dilakukan oleh BWF sangat tidak profesional. Dan kami sudah berkomunikasi dengan PBSI, dengan Kemenpora, dengan Kementerian Luar Negeri, dengan Federasi Bulu Tangkis Asia. Dan juga kami akan meneruskan tragedi atau skandal ini ke level yang paling tinggi atau memungkinkan untuk ke arbitrase internasional,” ujarnya.

Okto menilai, perlakuan yang diterima oleh atlet bulu tangkis Indonesia tersebut telah melukai perasaan masyarakat Indonesia, khususnya para penggemar. Apalagi bulu tangkis merupakan salah satu cabang olahraga andalan Indonesia. Pihaknya mendesak agar BWF menyampaikan permintaan maaf atas perlakuan tersebut.

“BWF harus bertanggung jawab terhadap kelalaian dan keteledoran yang telah mereka lakukan. Mereka harus minta maaf kepada masyarakat Indonesia secara resmi dan juga harus ada pertanggungjawaban terhadap apa yang dilakukan oleh BWF kepada atlet-atlet kita yang sampai hari ini masih di karantina di Birmingham, Inggris,” tegasnya.

KOI juga berharap kejadian serupa tidak terjadi lagi di masa yang akan datang. Untuk itu, mereka telah meneruskan masalah ini kepada stakeholder, terutama Olympic Council Asia (OCA) bahkan kemungkinan juga akan diteruskan ke International Olympic Committee (IOC).

"Masih banyak cabor-cabor lain yang akan melakukan kualifikasi, kami tidak ingin hal seperti ini menjadi preseden dan terjadi di tempat yang lain,” kata Okto.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI