Pemerintah Tegaskan Komitmen Tingkatkan Strategi Deteksi COVID-19
sinpo, JAKARTA - Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito menegaskan, pemerintah telah melakukan berbagai upaya dalam menindaklanjuti adanya penemuan varian mutasi virus Corona, B117.
“Mulai dari penelusuran kontak erat oleh tim surveilans dan pemerintah daerah setempat,” kata Wiku saat keterangan pers perkembangan penanganan COVID-19 di yang disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden.
Selain itu, lanjutnya dilakukan pengambilan dan pemeriksaan sampel kontak erat, dengan pengambilan serum kepada suspek untuk mendeteksi varian pada antibodinya.
Berikutnya turut dilakukan sequencing gen, pada sampel positif PCR yang memenuhi kriteria lab di daerah kasus varian, dan peningkatan kewaspadaan di perbatasan.
Upaua ini mulai dari pengetatan protokol pelaku perjalanan luar negeri, serta koordinasi antar kementerian dan lembaga terkait.
"Pemerintah Indonesia berkomitmen memperbaiki strategi deteksi di tahun 2021. Dengan target pertama meningkatkan angka testing, dengan target 1 per 1000 penduduk per minggu, dan kecepatan hasil kurang dari 24 jam sejak spesimen diterima," jelasnya.
Di samping itu, ia pun menegaskan pentingnya meningkatkan akses, kapasitas dan efisiensi lab PCR.
“Kemudian mendayagunakan rapid diagnostik test antigen (RDT antigen), dalam pemeriksaan kontak erat, dan pendistribusian RDT antigen ke 7 provinsi prioritas dengan kasus COVID-19 yang mengkhawatirkan,” jelas dia.
Target kedua, meningkatkan pelacakan pada 15 sampai 30 kontak erat dalam waktu kurang dari 72 jam. Melalui pengetesan kepada kontak erat bergejala maupun tidak bergejala.
Selain itu, menurutnya pelatihan Babinsa dan Babinkamtibmas untuk aktif telibat dalam kotnak tracer Covid-19. "Pelatihan dilakukan petugas puskesmas on the job training.
Target ketiga, dirinya juga menggiatkan pengingnya kegiatan WGS surveilans genomik untuk mendeteksi strain virus Sars Cov-2.
Dengan cara memperluas kolaborasi laboratorium pelacakan sequences khususnya pada daerah ditemukan varian baru, dan memasifkan proses subsmission atau pemasukan data spesimen ke GISAID.
"Terakhir sebaik apapun WGS dan upaya testing serta tracing yang dilakukan pemerintah menjadi tidak berarti apabila masyarakat masih memberikan peluang bagi virus memperbanyak diri dengan tidak disiplin terhadap protokol kesehatan," lanjut Wiku.
Disamping itu, saat ini menurutnya tersedia data real time pelacakan Genome virus influenza tingkat global, termasuk virus Sars-Cov2.
“Data ini dapat diakses publik melalui paltform yang dikelola organisasi nirlaba internasional, Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID),” ucap dia.
Platform ini mengandung urutan genetika dan persebarannya secara geografis, data klinis, dan episemiologis terkait virus yang menular ke manusia, data spesifik penyebab influenza terkait virus yang menjangkiti hewan.
Saat ini platform GISAID, selain untuk mengetahui sebaran virus influenza, juga untuk mengetahui persebaran virus Covid-19 atau Sars Cov-2.
"Tujuannya membantu para peneliti memahami bagaimana virus Covid-19 berubah atau bermutasi, berevolusi penyebarannya selama epidemi, terjadi peningkatan mendadak kasus di suatu daerah ataupun pandemi di penyebaran besar di lintas negara," lanjut Wiku.
GISAID mengumpulkan data dunia dari laporan masing-masing negara, sehingga kekayaan data GISAID pun bergantung pada tingginya intensitas pelaporan WGS dari tiap negara.
Dengan tekonologi interface analisis internal, maka dapat diketahui jenis mutasi dari sequence yang dilaporkan. Proses inilah yang dapat menelusuri persebaran kemunculan mutasi dan mutasi DNA varian yang dihasilkan.
Hal ini sangat berguna untuk meningkatkan kesiapan secara global dalam menyusun kebijakan dalam membendung semakin menjamurnya mutasi, amupun mencegah imported cases masuk ke suatu negara.
Di Indonesia, Kementerian Kesehatan dan Bekerjasama kemenristek BRIN telah mengembangkan surveilans genomik. Sequencing genomik yang dilakukan semakin meningkat. Per 16 Maret 2021.
Sudah dikumpulkan 566 sqeuences dengan 533 adalah sequences lengkap hasil temuan dari kolaborasi 15 lab seluruh Indonesia.
Sample yang diuji secara khusus ini diambil dari sampel pelaku perjalanan luar negeri, dan kasus luar biasa yang ditemukan puskemas ataupun rumah sakit.
Selain itu, WHO sedang mengembangkan teknologi WGS terkini yaitu meta genomik Sequencing, untuk menghasilka identifikasi pelacakan dalam hitungan jam atau hari.
“Serta teknologi ini mampu menggambarkan karakteristik patogen baru tersebut," tandas Wiku.
