Kementan Jamin Berikan Pendampingan Intensif Bagi Petani

Laporan: Tisa
Minggu, 07 Maret 2021 | 19:34 WIB
Presiden Jokowi  didampingi Seskab Pramono Anung dan pejabat lainnya meninjau area lumbung pangan yang terletak di Desa Makata Keri, Kecamatan Katiku Tana, Kabupaten Sumba Tengah, NTT (Foto: Biro Pers Setpres)
Presiden Jokowi didampingi Seskab Pramono Anung dan pejabat lainnya meninjau area lumbung pangan yang terletak di Desa Makata Keri, Kecamatan Katiku Tana, Kabupaten Sumba Tengah, NTT (Foto: Biro Pers Setpres)

sinpo, JAKARTA - Pemerintah terus mengembangkan kawasan lumbung pangan atau food estate di tiga provinsi, yaitu Kalimantan Tengah, Sumatra Utara, dan Nusa Tenggara Timur.

Komitmen ini digalakkan pemerintah, guna memperkuat ketahanan pangan nasional. Hal ini pun pernah disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) beberapa waktu lalu.

“Penyediaan cadangan pangan nasional ini adalah agenda strategis yang harus kita lakukan dalam rangka mengantisipasi kondisi krisis pangan akibat pandemi COVID-19, yang sudah berkali-kali diingatkan oleh FAO (Food and Agriculture Organization) mengenai krisis pangan dunia,” kata Jokowi tahun lalu.

Hal ini, menurut Kepala Negara juga penting dilakukan untuk mengantisipasi perubahan iklim, serta juga tidak kalah pentingnya adalah mengurangi ketergantungan kita pada impor pangan.

Menyikapi hal ini, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan, pentingnya peningkatan produksi dan penguatan cadangan pangan.

Menurutnya, urgensi ini menjadikan program pengembangan ini harus ditangani secara extraordinary, salah satunya lewat pendampingan yang intensif.

Syahrul menambahkan, Kementerian Pertanian (Kementan) akan memaksimalkan semua lini agar pendampingan yang diberikan terhadap petani di kawasan lumbung pangan di tiga provinsi tersebut bisa berjalan maksimal.

“Salah satunya, lewat pembentukan Tim Pendamping/Detasering Pengembangan Kawasan Food Estate,” ucap Mentan baru-baru ini.

Petugas, lanjut dia, perlu disiapkan dan ditingkatkan kompetensinya sehingga dapat bekerja secara optimal.

“Dengan kompetensi ini, para pendamping dapat memiliki kemampuan mendampingi dan mengawal para petani di food estate dalam melakukan budidaya, penggunaan alsintan (alat dan mesin pertanian) dan penanganan panen serta pascapanen,” imbuhnya.

Mentan menegaskan, tim ini menjadi landasan utama dalam mengoptimalkan berbagai aktivitas lumbung pangan dari hulu ke hilir. 

Kehadiran pendamping bagi petani diharapkan membantu percepatan pengembangan lumbung pangan dan memperkuat eksistensi kelembagaan petani serta pengembangan bisnis dan korporasi petani.

“Di pertanian itu yang terpenting adalah bagaimana kemauan kita bekerja, kuncinya harus fokus dan paham secara jelas dan detail apa yang kita kerjakan, apa target kita,” jelas dia.

Oleh sebab itu, menurut dia, perlu dipahami medannya, serta orang-orang yang harus kita kenal di lapangan, dan tentu harus diikuti juga dengan disiplin dan kerja sama yang baik.

Untuk kesuksesan program food estate ini Mentan berkomitmen akan mendukung penuh upaya pendampingan bagi para petani, sebagai langkah yang sangat penting dalam mengakselerasi kegiatan pertanian di lokasi food estate.

“Ini langkah yang bagus, jangan ada kata mundur ataupun berhenti, kita harus fight, saya dukung penuh pendampingan ini, secara teknis semua unit kerja di Kementan harus ikut bekerja dan mendukung,” tegasnya.

Sebagai informasi, untuk tahap awal tim pendamping akan bekerja secara intensif selama tiga bulan ke depan, tim ini terdiri dari 70 orang tenaga fungsional.

Hal ini meliputi para peneliti, penyuluh pusat, widyaiswara, dosen, pengawas benih tanaman, litkayasa, pengamat organisme pengganggu tanaman dan fungsional umum lainnya.sinpo

Komentar: