Mutasi COVID-19 Sudah Sampai Singapura-Malaysia, Menristek: RI Belum Ada

Laporan: Tisa
Jumat, 25 Desember 2020 | 15:53 WIB
Menristek Bambang Brodjonegoro (Foto: Ist.)
Menristek Bambang Brodjonegoro (Foto: Ist.)

sinpo, JAKARTA - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek), Bambang Brodjonegoro memastikan varian baru COVID-19 yang kali pertama ditemukan di Inggris, saat ini belum menyebar di Indonesia.

Hal ini dikonfirmasinya hingga kini belum ditemukan adanya bukti ilmiah yang menunjukkan galur baru virus Corona bernama SARS-CoV-2 VUI 202012/01, telah berkembang di tanah air.

"Saat ini kita simpulkan belum ada bukti varian ini sudah ada atau menyebar di Indonesia," kata Bambang melalui konferensi pers virtual, Kamis (24/12/2020).

Menristek menambahkan, sejauh ini juga belum ada bukti ilmiah yang menjelaskan varian baru COVID-19 ini lebih mematikan daripada yang telah mewabah saat ini. 

"Belum ada bukti tingkat keparahan lebih dan juga tidak menambah tingkat kematian," ungkapnya.

Sebagaimana diberitakan, belakangan dikabarkan adanya kemunculan galur baru virus Corona yang teridentifkasi menyebar di wilayah South Wales,Inggris.  

Mutasi COVID-19 tersebut, baru-baru ini dikabarkan telah terdeteksi keberadaannya di Negeri Singa. 

Hal ini menyusul adanya pernyataan Kementerian Kesehatan Singapura yang mengkonfirmasi 21 kasus COVID-19 baru, sejak Rabu (23/12/2020) lalu.  

Satu di antaranya merupakan kasus virus Corona mutasi dari negara tempat asalnya memulai penyebarannya. 

Virus ini kabarnya dibawa oleh pasien yang merupakan seorang pelajar Singapura berusia 17 tahun yang pulang dari Inggris.  

Terkini, mutasi virus Corona yang lebih ganas di Afrika Selatan yang juga masih memiliki kesamaan dengan Inggris, A701B ditemukan di Malaysia. 

Di Afsel galur baru virus yang secara ilmiah memiliki mahkota ekstra parasit ini memicu kasus kematian yang lebih tinggi.

"Ini mirip dengan jenis yang ditemukan di Afrika Selatan, Australia, dan Belanda," kata Dirjen Kementerian Kesehatan Malaysia, Dr Noor Hisham Abdullah sebagaimana dikutip dari situs berita Strait Times.

Ia mengungkapkan, COVID-19 merupakan virus yang selalu bermutasi. Pemerintah Malaysia memastikan akan selalu memantau dan meneliti implikasi dari strain yang berbeda terhadap populasi.

Meski demikian, otoritas setempat masih belum bisa memastikan apakah mutasi virus satu ini lebih menular atau memperparah gejala COVID-19 yang telah ada saat ini.  

BERITALAINNYA
BERITATERKINI