Rentetan Gempa Kecil Guncang Sejumlah Wilayah Indonesia pada Dini Hari
SinPo.id - Sejumlah wilayah di Indonesia diguncang rangkaian gempa bumi berkekuatan kecil pada Sabtu dini hari, 13 Desember 2025. Berdasarkan laporan otomatis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), setidaknya terdapat 10 gempa dengan magnitudo 2.2 hingga 3.7 dalam rentang waktu 00.13–02.51 WIB. BMKG menegaskan bahwa seluruh data bersifat sementara karena mengutamakan kecepatan rilis dan dapat berubah seiring proses pemutakhiran.
Gempa pertama terjadi pada pukul 00.13 WIB dengan magnitudo 2.9 di wilayah 20 km Timur Laut Tambolaka, NTT pada kedalaman 49 km. Tak lama setelah itu, pukul 00.31 WIB, gempa bermagnitudo 2.2 kembali mengguncang 121 km Barat Daya Jembrana, Bali di kedalaman 119 km, disusul gempa M 3.7 pada pukul 00.32 WIB di Tambrauw, Papua Barat pada kedalaman 10 km.
Rangkaian gempa terus berlangsung di berbagai wilayah. Pada pukul 00.50 WIB, gempa bermagnitudo 2.9 terdeteksi di 134 km Tenggara Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Sementara pukul 01.12 WIB, wilayah Halmahera Barat, Maluku Utara mengalami gempa magnitudo 2.8 dengan kedalaman 101 km.
Selanjutnya, pukul 01.38 WIB, gempa M 2.3 terjadi di 73 km Barat Daya Poso, Sulawesi Tengah. Pada pukul 02.24 WIB, guncangan kecil M 3.1 tercatat di wilayah 48 km Timur Laut Banggai, Sulawesi Tengah, di kedalaman dangkal 3 km.
Dua gempa lain menyusul dalam rentang waktu singkat:
02.37 WIB: Gempa M 2.2 di 20 km Barat Daya Nabire, Papua, kedalaman 10 km.
02.51 WIB: Gempa M 3.0 di 54 km Barat Daya Pesisir Barat, Lampung, kedalaman 20 km.
BMKG menegaskan kembali bahwa informasi awal ini dihasilkan dari sistem monitoring cepat sehingga akurasi parameter gempa dapat berubah setelah seluruh data seismik terhimpun.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada laporan dampak kerusakan maupun korban akibat rentetan gempa tersebut. Meski seluruhnya tergolong magnitudo kecil, BMKG mengimbau masyarakat tetap waspada dan mengikuti pembaruan informasi resmi melalui kanal BMKG.
Dengan catatan:
“Informasi ini mengutamakan kecepatan, sehingga hasil pengolahan data belum stabil dan bisa berubah seiring kelengkapan data,” demikian peringatan BMKG di setiap rilisnya.

