Prof Koesnadi Jadi Inspirasi Koalisi Generasi Muda Bersatu untuk Lingkungan dan Bantuan Bencana Sumatera
SinPo.id - Terinspirasi oleh warisan pemikiran Prof. Dr. Koesnadi Hardjasoemantri, pelopor hukum lingkungan Indonesia dan mantan rektor Universitas Gadjah Mada (UGM), sekelompok generasi muda dari Jawa Barat meluncurkan inisiatif gotong royong yang luar biasa. Gerakan "17 Tahun Bersatu, Satu Tujuan" ini menggabungkan upaya konservasi lingkungan dengan aksi kemanusiaan bagi korban bencana di Sumatera, melibatkan berbagai organisasi kepemudaan di wilayah Jabodetabek hingga Jawa Barat.
Inisiatif ini telah berhasil mendukung konservasi lingkungan melalui di setidaknya 62 titik konservasi air di berbagai wilayah Indonesia, dengan fokus utama di Nusa Penida, Wakatobi, dan Karimunjawa. Di bawah naungan Yayasan GerakIklim, kelompok ini bekerja sama dengan Carbon Ethics dan Coral Center Triangle untuk mengadopsi sekitar 500 bibit mangrove serta 120 bibit karang yang akan disebarkan secara menyeluruh pada 6 Desember 2025 lalu. Langkah-langkah ini diharapkan berlanjut hingga tahun 2026 dengan estimasi sekitar 1000 USD dalam sasarannya, guna memperkuat ekosistem laut Indonesia yang semakin rentan akibat perubahan iklim dan eksploitasi berkepanjangan.
Di sisi kemanusiaan, menurut Chief Officer Yayasan GerakIklim, Emanuel Kriswijayanto, berdasarkan hasil diskusi satuan tugas, GerakIklim Foundation bersama organisasi seperti Plan Indonesia, Generasi Energi Bersih, Humanis Foundation, serta beberapa kelompok kepemudaan di Jakarta dan Jawa Barat, telah mengirimkan bantuan secara proaktif. Bantuan ini dijadwalkan tiba perdana pada 14 Desember 2025, ditujukan bagi warga Sumatera yang terdampak bencana alam seperti banjir dan longsor. Paket bantuan mencakup kebutuhan dasar seperti makanan, air bersih, dan perlengkapan medis. "Ini merupakan program prioritas yang dicanangkan oleh Adli sebagai Chief Coordinator untuk gerakan '17 Tahun Bersatu, Satu Tujuan'," ujar Kriswijayanto.
Adli, selaku Chief Coordinator, menjelaskan bahwa program ini merepresentasikan tanggung jawab kolektif dari perkumpulan pemuda yang tahun ini memasuki usia 17 tahun. "Di usia 17, banyak dari kita biasanya merayakan dengan pesta pora, tapi kali ini kita harus peduli dengan perjuangan saudara dan keluarga kita sebangsa yang merasakan dampak mengerikan dari bencana ini," kata Adli. Ia menekankan nilai kemanusiaan dan etika dalam membantu sesama, khususnya keluarga, anak-anak, dan masyarakat kurang beruntung. "Sudah seharusnya kita saling bahu membahu, bukan sekadar ucapan, tapi dengan aksi nyata!" tambahnya.
Program ini juga merupakan manifestasi dari ide-ide almarhum Prof. Dr. Koesnadi Hardjasoemantri, yang dikenal sebagai arsitek hukum lingkungan Indonesia. Dalam bukunya berjudul Hukum Tata Lingkungan, beliau menekankan pentingnya aksi nyata masyarakat untuk mewujudkan hukum lingkungan yang konkret. Inspirasi ini terlihat dalam implementasi Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang dipelopori Prof. Koesnadi sejak awal 1950-an di UGM, yang kini telah berkembang menjadi bentuk pengabdian masyarakat seperti ekspedisi patriot di seluruh kepulauan Indonesia. "Selama beliau hidup, Prof. Koesnadi selalu menunjukkan pengabdian mendalam, dan inisiatif kami jelas adalah upaya untuk melanjutkan semangat dan energi itu," ujar Adli.
Dengan demikian, gerakan gotong royong ini tidak hanya menjawab tantangan degradasi lingkungan akibat perubahan iklim yang semakin marak di Asia, tetapi juga memperkuat solidaritas sosial di tengah bencana. Harapannya, "17 Tahun Bersatu, Satu Tujuan" akan menjadi inspirasi bagi generasi muda lainnya, mendorong kolaborasi lintas organisasi untuk dampak positif jangka panjang bagi Indonesia.
positif bagi kehidupan jangka panjang bagi Indonesia yang sedang menghadapi tantangan bencana dan degradasi lingkungan akibat dampak perubahan iklim yang marak terasa di Asia.
