MPR: Penetapan Hari Internasional Menentang Kolonialisme Sangat Penting

Laporan: Galuh Ratnatika
Kamis, 11 Desember 2025 | 09:32 WIB
Gedung DPR/MPR (wikipedia)
Gedung DPR/MPR (wikipedia)

SinPo.id -  Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid (HNW), mengatakan penetapan 14 Desember sebagai Hari Internasional Menentang Kolonialisme dalam Segala Bentuk dan Manifestasinya, yang mulai diperingati tahun 2025, sangat penting.

Menurutnya, hal itu dapat menjadi momentum bagi masyarakat dunia untuk menolak segala bentuk penjajahan dan terus berupaya memerdekakan kawasan atau bangsa yang masih terjajah secara fisik dan nyata, yakni Palestina.

“Penting adanya hari internasional ini. Tetapi lebih penting lagi ke depan, jangan hanya dijadikan peringatan seremonial belaka. Harus ada upaya konkret dan serius untuk mewujudkan penghapusan penjajahan di muka bumi," kata HNW dalam keterangan persnya, dikutip Kamis, 11 Desember 2025.

"Dan Indonesia, yang konstitusinya secara tegas mengamanatkan penghapusan penjajahan, seharusnya bisa tampil lebih aktif di garda terdepan, terutama dalam menentang kolonialisme yang dilakukan Israel atas Palestina,” imbuhnya.

Selain itu, dukungan dari 116 negara anggota PBB juga merupakan modal besar untuk kerja sama lebih erat dalam memperjuangkan penghapusan penjajahan dan kemerdekaan Palestina.

“116 negara itu adalah mayoritas mutlak anggota PBB. Mereka penting untuk konsisten dan bekerja sama lebih kuat melakukan aksi nyata menolak segala bentuk penjajahan, termasuk penjajahan Israel terhadap Palestina, sehingga Palestina merdeka segera terwujud,” tegasnya.

Namun, sikap AS yang berulang kali membackup Israel dalam berbagai resolusi PBB, seperti resolusi tentang makanan sebagai hak asasi manusia, resolusi penghentian genosida, dan terakhir resolusi hari internasional menentang penjajahan, justru dapat memperburuk citra AS di mata dunia.

Karena menurutnya, jika AS terus menjadi sekutu Israel yang dinilai bermasalah oleh ICJ, ICC, berbagai lembaga internasional, dan opini publik, maka sikap tersebut hanya akan merugikan kepentingan nasional dan internasional AS.

“Ini jelas merusak citra AS yang sedang dibangun oleh Presiden Donald Trump melalui slogan dan jargonnya sebagai inisiator perdamaian, apalagi jika mengincar penghargaan prestisius seperti Nobel,” tuturnya.

 

BERITALAINNYA
BERITATERKINI