Tokoh Ahli Timur Tengah Tekankan Urgensi Peran Indonesia Patahkan Sistem Ekonomi Zionis
SinPo.id - Tokoh ahli Timur Tengah serta direktur pusat riset Center for Islam and Global Affairs (CIGA) yang berpusat di Turkiye, Professor Sami AL Arian, mengatakan Indonesia memiliki urgensi peran moral global yang signifikan dalam perjuangan kemanusiaan, salah satunya di Palestina.
Namun, ia menekankan pentingnya kesadaran dan gerakan masif publik yang lebih kuat menanggapi genosida yang terjadi Palestina. Karena menurutnya, zionis mencengkeram hegemoni science dan technologies, seperti nuklir yang menambah kuat posisinya.
“Ketika kita membantu Palestina, kita sedang membantu Indonesia,” kata Sami, dalam diskusi mengenai propaganda mesin zionis dalam sistem ekonomi, bertema Understanding The Economic Engine of Zionism, dikutip Minggu, 7 Desember 2025.
Hal itu merujuk pada pentingnya memahami ancaman geopolitik dan ekonomi dimana Indonesia memiliki posisi strategis terhadap perekonomian global dan kepemilikan sumber daya alam yang melimpah dan beraneka ragam yang berpeluang menjadi objek kepentingan ekonomi zionis.
Menurutnya, berbicara mengenai mesin ekonomi Israel maka erat kaitannya dengan pengendalian sumber daya dan alternatif ekonomi Islam dalam menanggulanginya.
Pasalnya, mesin ekonomi Israel salah satunya beroperasi melalui Rothschild and Family dengan kepemilikan saham dan perusahaan di berbagai bidang yang mendanai gerakan zionisme, serta berbagai perusahaan di berbagai bidang yang terafiliasi zionis dengan perjanjian mengucurkan dana ke Israel untuk mendanai persenjataan guna memusnahkan Gaza.
“57 negara muslim dengan miliaran penduduknya tidak akan bisa berbuat signifikan menghentikan genosida di Gaza bila masih bergantung pada zionis. Hanya ada satu cara untuk bisa bangkit dengan optimal yaitu menjadi independen (tidak bergantung pada ekonomi zionis Israel)," ungkapnya.
Oleh sebab itu, dukungan untuk Palestina harus disertai dengan strategi yang dapat melemahkan sistem ekonomi zionis, mengingat Israel memiliki capaian Produk Domestik Bruto (GDP) yang lebih besar dari negara-negara muslim di dunia, meskipun statusnya sebagai penjajah yang tak memiliki wilayah.
