Tanker Rusia ‘Kapal Hantu’ Hanyut Masuk Laut NATO Usai Diserang Drone Ukraina

Laporan: Tim Redaksi
Minggu, 07 Desember 2025 | 06:58 WIB
Ukraina vs Rusia
Ukraina vs Rusia

SinPo.id -  Sebuah kapal tanker raksasa yang menjadi bagian dari ‘shadow fleet’ Rusia mengalami nasib bak kapal hantu setelah terkena serangan drone Ukraina di Laut Hitam. Kapal bernama Kairos itu kini hanyut hingga memasuki perairan Bulgaria—yang merupakan wilayah NATO—dan memicu alarm darurat maritim, Jumat 6 Desember 2025

Kapal dengan bobot 149.000 ton dan panjang 899 kaki itu diserang drone Sea Baby milik Ukraina pada 29 November lalu di lepas pantai Turki. Serangan tersebut menyebabkan kebakaran besar dan memaksa otoritas Turki mengevakuasi 25 awak.

Kairos diketahui digunakan Rusia untuk mengakali sanksi internasional terhadap minyak Kremlin, dengan berbendera Gambia yang dianggap fiktif oleh pelacak pelayaran internasional. Kapal itu dilaporkan dimiliki melalui perantara yang terhubung dengan perusahaan Cina.

Awalnya Kairos ditarik kapal penolong bernama Timur Bey, namun misi penyelamatan mendadak dihentikan tanpa kejelasan, memunculkan dugaan kuat adanya motif tersembunyi. Tanpa daya, kapal pun hanyut ke arah barat Laut Hitam hingga hanya berjarak sekitar 900 meter dari pantai Ahtopol, Bulgaria.

Gelombang tinggi membuat bagian haluan kapal tampak naik turun dramatis. Helikopter Angkatan Laut Bulgaria dikerahkan, sementara pusat darurat maritim diaktifkan untuk mengantisipasi risiko bahaya.

Terdapat sekitar 10 awak yang masih berada di atas kapal saat insiden itu memasuki wilayah NATO. Mereka akhirnya meminta evakuasi, namun operasi penyelamatan harus ditunda karena badai ekstrem yang melanda kawasan tersebut.

Meski dianggap belum membahayakan lingkungan, kelompok pecinta alam memperingatkan kemungkinan bencana ekologis besar jika kapal mengalami kerusakan lebih jauh di dekat pantai wisata Bulgaria.

Ukraina melalui Dinas Keamanan Negara (SBU) mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut. SBU menyebut Kairos sebagai salah satu dari dua kapal shadow fleet Rusia yang berhasil mereka lumpuhkan dalam operasi militer terbaru di Laut Hitam.

Sementara itu, dari Amerika Serikat muncul komentar kontroversial terkait dinamika geopolitik yang melibatkan Moskow. Michael Rubin, mantan pejabat Pentagon, menilai kunjungan Presiden Rusia Vladimir Putin ke India baru-baru ini membuktikan efektivitas tekanan diplomasi AS di era Donald Trump.

Rubin bahkan menyebut secara satir bahwa Trump “layak mendapat Nobel”, karena telah membuat hubungan India dan Rusia menguat akibat kebijakan Washington yang ia nilai “kasar dan tidak bersahabat” terhadap New Delhi.

“Bagaimana mungkin Trump tidak mendapat Nobel atas kemampuan menyatukan Rusia dan India seperti ini?” ujarnya, menyampaikan kritik pedas kepada mantan presiden AS tersebut.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI