Menag: Tidak Mungkin Utuh Iman Seseorang jika Masih Merusak Alam

Laporan: Tio Pirnando
Sabtu, 06 Desember 2025 | 20:39 WIB
Menteri Agama RI Nasaruddin Umar (SinPo.id/ Dok. Kemenag)
Menteri Agama RI Nasaruddin Umar (SinPo.id/ Dok. Kemenag)

SinPo.id - Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menegaskan  nilai keimanan tidak dapat dipisahkan dari sikap manusia terhadap lingkungan.

Menurut dia, perilaku merusak alam, seperti pembakaran hutan atau pembuangan sampah sembarangan, bukan hanya pelanggaran hukum, tetapi juga pengingkaran terhadap amanah moral sebagai penjaga bumi.

"Tidak mungkin seseorang mengaku beriman secara utuh jika masih merusak lingkungan (alam)," ujar Nasaruddin dalam acara Dialog Kerukunan Lintas Umat Beragama di Jakarta, Sabtu, 6 Desember 2025. 

Imam Besar Masjid Istiqlal ini menerangkan, ekoteologi telah ia gagas, dan kini relevansinya semakin kuat seiring meningkatnya krisis ekologis. Karenanya, dialog tahun ini menempatkan isu ekoteologi sebagai fokus utama, yaitu gagasan tanggung jawab keagamaan mencakup relasi manusia dengan alam.

Terlebih, setelah bencana besar melanda Sumatra hingga menjadi sorotan dan mengingatkan tentang pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem. 

Nasaruddin menegaskan, kerukunan umat beragama tidak dapat berdiri di atas fondasi lingkungan yang rusak. Ketika alam terganggu, stabilitas sosial, kenyamanan beribadah, dan kesejahteraan masyarakat ikut terdampak.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Muslim World League, Mohammed bin Abdulkarim Al-Issa, menyambut gagasan ekoteologi Indonesia dengan antusias. Sebab, forum internasional yang mengangkat tema agama dan ekologi masih sangat jarang. 

Padahal, kerusakan lingkungan merupakan ancaman yang dirasakan semua komunitas iman. Untuk itu, memuji ekoteologi sebagai terobosan penting dalam percakapan global tentang keberlanjutan.

"Ketika banjir atau kerusakan ekosistem terjadi, tidak ada satu pun kelompok agama yang terbebas dari dampaknya," kata Syekh Al-Issa. 

BERITALAINNYA
BERITATERKINI