Sekjen Liga Muslim Dunia: Praktik Kerukunan Indonesia Terbaik di Dunia

Laporan: Tio Pirnando
Sabtu, 06 Desember 2025 | 18:24 WIB
Menteri Agama Nasaruddin Umar dan Sekjen MWL, Syekh Al-Issa (SinPo.id/ Dok. Kemenag)
Menteri Agama Nasaruddin Umar dan Sekjen MWL, Syekh Al-Issa (SinPo.id/ Dok. Kemenag)

SinPo.id - Sekretaris Jenderal Liga Muslim Dunia (Rabitah al-'Alam al-Islami), Syekh Muhammad bin Abdulkarim Al-Issa, memuji Indonesia sebagai salah satu negara dengan praktik kerukunan terbaik di dunia.

Menurut dia, keberagaman agama dan budaya di Indonesia, justru menjadi sumber kekuatan, bukan sumber konflik.

"Mustahil bagi semua manusia untuk memiliki keyakinan agama atau intelektual yang sama. Namun di Indonesia ada nilai kesadaran dan penghormatan antar pemeluk agama tumbuh dan patut dicontoh negara lain," kata Syekh Al-Iss dalam Dialog Kerukunan Lintas Umat Beragama di Jakarta, Sabtu, 6 Desember 2025. 

Syekh Al-Iss mengatakan, dialog antaragama hanya akan berhasil jika berangkat dari prinsip bersama, dijalankan oleh orang-orang yang memahami ajaran agama secara mendalam, dan berorientasi pada tindakan nyata.

"Ketika kita meyakini dialog antarumat beragama, kita meyakini adanya ketetapan ilahi, hukum ilahi, yang telah menetapkan keniscayaan perbedaan dan keberagaman di antara umat manusia" tegasnya.

Lebih lanjut, ia mengingatkan bahwa ekstremisme lahir dari kekosongan kesadaran. Karenanya, pendidikan karakter sejak dini dan keteladanan tokoh agama menjadi kunci dalam membangun perilaku damai.

Sementara itu, Menteri Agama, Nasaruddin Umar menambahkan  kerukunan di Indonesia tak hanya dibangun melalui dialog sosial, tetapi juga melalui kesadaran spiritual yang memuliakan martabat manusia.

"Indonesia telah tumbuh menjadi taman iman. Ada azan dan lonceng berkumandang dalam harmoni. Ini bukan hanya toleransi, tetapi ekspresi iman yang dewasa dan berkeadaban," kata Nasaruddin.  

Namun, lanjut Nasaruddin, kerukunan sejati bukan hanya terbangun secara horizontal antar umat, tetapi juga secara vertikal melalui hubungan manusia dengan alam.

Kerusakan lingkungan yang sedang terjadi, termasuk banjir yang melanda Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat, adalah tanda bahwa manusia telah mengabaikan amanah Tuhan dalam menjaga bumi. Untuk itu, ekoteologi harus menjadi fondasi moral lintas agama dalam menghadapi krisis iklim dan bencana ekologis yang semakin intens.

"Merusak alam berarti mengkhianati pesan Tuhan. Krisis lingkungan yang kita saksikan adalah panggilan agar manusia memperbaiki relasi spiritualnya dengan bumi," ujarnya.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI