Legislator PDIP: Alih Lahan untuk Sawit Ancam Kedaulatan Pangan

Laporan: Juven Martua Sitompul
Jumat, 05 Desember 2025 | 17:08 WIB
Anggota Komisi VII DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan (PDIP) Novita Hardini. (SinPo.id/Dok. PDIP)
Anggota Komisi VII DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan (PDIP) Novita Hardini. (SinPo.id/Dok. PDIP)

SinPo.id - Anggota Komisi VII DPR RI Novita Hardini menilai pergeseran prioritas lahan dari industri dan sektor strategis lainnya menjadi perkebunan sawit bisa mengancam kedaulatan, keberlanjutan ekologi, dan peluang industri masa depan.

Menurut dia, jika semua lahan diprioritaskan untuk sawit, Indonesia akan kehilangan ruang bagi inovasi industri baru.

"Kita harus seimbang: ekonomi jalan, tapi lingkungan dan masa depan generasi kita tetap terlindungi," kata Novita dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat, 5 Desember 2025.

Dengan tantangan tata ruang, kebutuhan energi, dan perubahan iklim global, inovasi teknologi hijau adalah jalan paling rasional untuk membawa Indonesia menuju ekonomi yang berdaya saing tinggi tanpa merusak lingkungan.

"Industri harus bertransformasi. Kita tidak bisa lagi bergantung pada SDA mentah. Kita harus menciptakan nilai tambah dengan teknologi tinggi dan energi bersih," kata dia.

Menurut dia, arah pembangunan industri nasional harus mengambil lompatan besar menuju teknologi ramah lingkungan dan kemandirian bahan baku.

Legislator dari Fraksi Partai Gerindra itu mengatakan Indonesia tidak boleh lagi bertumpu pada model industrialisasi yang bergantung pada bahan bakar fosil dan eksploitasi sumber daya alam mentah. Menurut dia, teknologi kendaraan listrik tanpa bensin bukan hanya sekadar tren global, melainkan sudah harus menjadi kebutuhan nasional.

"Kita harus berinvestasi pada industri masa depan yang lebih bersih, lebih efisien, dan tidak merusak lingkungan," kata dia.

Selain itu, dia menekankan pentingnya membangun rantai pasok bahan baku dalam negeri yang memenuhi standar keberlanjutan. Tanpa itu, menurut dia, industri Indonesia akan terus terjebak dalam ketergantungan impor dan rawan krisis pasokan.

"Pemasok bahan baku di dalam negeri harus kita siapkan. Standarnya harus hijau, berkelanjutan, dan tidak mengulang kesalahan masa lalu. Kalau tidak, inovasi teknologi kita hanya akan berjalan setengah hati," katanya.

Untuk itu, dia meminta agar strategis nasional memikirkan roadmap masa depan yang aman secara bisnis dan ramah lingkungan. Menurut dia, keputusan strategis hari ini akan menentukan lingkungan hidup generasi mendatang, sehingga industri harus mulai memperhitungkan dampak ekologis secara serius.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI