Trump Siap Akui Aneksasi Rusia, Yermak Mundur di Tengah Skandal Korupsi

Laporan: Tim Redaksi
Sabtu, 29 November 2025 | 06:30 WIB
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. (SinPo.id/AP)
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. (SinPo.id/AP)

SinPo.id -  Presiden Amerika Serikat Donald Trump dilaporkan tengah menyiapkan langkah kontroversial dengan menawarkan pengakuan resmi atas aneksasi ilegal Rusia di Crimea dan wilayah pendudukan lain sebagai bagian dari rancangan kesepakatan damai.

Utusan khusus Steve Witkoff dan menantu presiden Jared Kushner dikirim ke Moskow untuk membuka jalur negosiasi langsung dengan Vladimir Putin, meski menuai kecaman dari Eropa yang menilai langkah itu sebagai “penyerahan” atas kedaulatan Ukraina.

Sumber diplomatik menyebut Washington tidak lagi mengindahkan posisi Eropa. “Amerika mengatakan Eropa bisa melakukan apa pun yang mereka mau,” ujar seorang pejabat kepada The Telegraph.

Putin sendiri menegaskan bahwa pengakuan AS atas Crimea dan Donbas sebagai wilayah Rusia akan menjadi fokus utama dalam pembicaraan dengan Witkoff pekan depan.

Di Kyiv, Presiden Volodymyr Zelensky menegaskan bahwa Ukraina tidak akan menyerahkan wilayahnya.

Dalam wawancara terakhir sebelum mundur akibat penggeledahan rumahnya oleh badan anti-korupsi, Kepala Staf Andriy Yermak menegaskan: “Tidak seorang pun yang waras hari ini akan menandatangani dokumen untuk menyerahkan wilayah.” Yermak, yang selama ini menjadi arsitek diplomasi Ukraina, mundur setelah namanya terseret dalam operasi besar terkait dugaan korupsi di sektor energi.

Sementara itu, Rusia terus menekan di medan perang. Putin mengklaim pasukannya kini menguasai 70 persen kota strategis Pokrovsk, bagian dari upaya merebut seluruh kawasan industri Donbas.

Kementerian Pertahanan Rusia melaporkan telah menembak jatuh 136 drone Ukraina dalam semalam, dengan kerusakan dilaporkan di Rostov dan Voronezh.

Di sisi lain, Eropa semakin terpinggirkan. Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban menjadi satu-satunya pemimpin Uni Eropa yang rutin bertemu Putin, terakhir pada 28 November di Kremlin.

Pertemuan itu menyingkap rencana Trump untuk menggelar KTT AS-Rusia di Budapest, dengan Orban menawarkan Hungaria sebagai tuan rumah.

Langkah ini memperdalam jurang kebijakan luar negeri Eropa, yang telah menggelontorkan €72 miliar bantuan militer ke Ukraina namun kini tersisih dari negosiasi yang disebut sebagai “daftar keinginan Putin.”

Dengan Washington dan Moskow merancang kerangka 28 poin yang berpotensi mengubah peta keamanan Eropa, posisi Ukraina semakin genting. Zelensky menegaskan konstitusi negaranya melarang penyerahan wilayah, sementara Trump dan Putin tampak bergerak menuju kesepakatan yang bisa mengubah arah perang empat tahun terakhir.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI