Eks Pemimpin Reform UK Nathan Gill Dipenjara 10,5 Tahun akibat Suap Pro-Rusia
SinPo.id - Mantan pemimpin Reform UK di Wales sekaligus eks anggota Parlemen Eropa (MEP), Nathan Gill, dijatuhi hukuman 10,5 tahun penjara pada Jumat setelah mengakui menerima suap untuk menyebarkan posisi politik pro-Rusia di media.
Hakim Cheema-Grubb di Old Bailey menyebut Gill telah “menyalahgunakan posisi otoritas dan kepercayaan yang signifikan” dan “termotivasi keuntungan finansial dan politik”, menurut laporan Sky News.
Gill, 52 tahun, sebelumnya mengaku bersalah atas delapan dakwaan suap yang berlangsung antara 6 Desember 2018 hingga 18 Juli 2019, ketika ia masih menjabat sebagai anggota Parlemen Eropa. Aksi tersebut berkaitan dengan komentar-komentar pro-Rusia yang ia lontarkan terkait Ukraina saat masih menjadi anggota UK Independence Party (UKIP) dan kemudian Partai Brexit.
Terima Suap £40.000 dan Coba Ajak MEP Lain
Unit kontraterorisme kepolisian Inggris menyatakan Gill diyakini menerima sedikitnya £40.000 (sekitar USD 52.335) dalam bentuk uang tunai. Ia juga diduga berupaya menghubungkan MEP lainnya untuk potensi praktik suap serupa.
Pihak kepolisian menambahkan bahwa sebagian individu yang terlibat diyakini memiliki kaitan langsung dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Starmer Minta Farage Bongkar Dugaan Hubungan Reform UK–Rusia
Dalam wawancara dengan Sky News di sela-sela KTT G20 di Afrika Selatan, Perdana Menteri Inggris Keir Starmer mendesak pemimpin Reform UK, Nigel Farage, untuk membuka penyelidikan internal guna mengungkap bagaimana kasus itu bisa terjadi.
Starmer mengatakan investigasi harus mencakup pertanyaan lebih luas, yakni “hubungan apa lagi yang ada antara Reform dan Rusia.”
“[Nigel Farage] harus menangani kasus suap pro-Rusia ini. Ini bukan hanya tindak kriminal serius, tetapi juga merusak negara kita,” tegas Starmer.
