Ekonom Perkirakan MBG Dongkrak Perputaran Ekonomi hingga Rp900 Triliun

Laporan: Tio Pirnando
Sabtu, 15 November 2025 | 18:38 WIB
Ilustrasi petugas menyiapkan menu MBG (SinPo.id/Ashar)
Ilustrasi petugas menyiapkan menu MBG (SinPo.id/Ashar)

SinPo.id - Ekonom sekaligus Mantan Direktur Program Magister Manajemen FEB UI, Harryadin Mahardika menilai, program Makan Bergizi Gratis (MBG) tak hanya sebagai inisiatif sosial, tetapi juga menjadi mesin pendorong ekonomi yang signifikan di tingkat daerah. Karena, tujuan utama  MBG yaitu memicu dampak tidak langsung (multiplier effect) yang mengubah perekonomian daerah.

"MBG itu bukan sekadar memberi nutrisi. Hal yang lebih esensial lagi adalah perputaran ekonomi langsung ke sektor riil, ke desa-desa. Selain itu, dengan alokasi anggaran sekitar Rp300 triliun setahun, prediksi saya dampak ekonomi tidak langsung dari MBG bisa mencapai tiga kali lipatnya, yaitu Rp900 triliun," kata Harryadin, dalam keterangannya, Sabtu, 15 November 2025.

Harryadin menyampaikan, dampak langsung yang terlihat dari MBG yaitu penciptaan lapangan kerja. Dari 22.000 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang beroperasi, minimal 30 pegawai yang bekerja di dapur. Artinya,  serapan tenaga kerjanya mencapai lebih dari 600.000. 

Ia mencontohkan, di Kota Surakarta, 73,7 persen tenaga kerja SPPG, didominasi warga lokal, terutama ibu rumah tangga. Kemudian, pegawai SPPG juga diupah sedikit lebih tinggi dari UMR setempat, sehingga mendorong daya beli masyarakat. 

"Setahu saya, (upah) pegawai SPPG ditetapkan sedikit lebih besar dari UMR daerah tersebut. Memang mereka dibayar harian, tapi kalau dikalkulasikan, pegawai SPPG di semua daerah itu hampir diupah lebih besar dari UMR daerahnya," kata Harryadin.

Selain itu, MBG juga menjadi berkah bagi petani dan peternak. Konsep ideal program ini, mengharuskan SPPG membeli bahan baku langsung dari produsen lokal. Hasilnya,  rantai distribusi makin dipersempit, petani dan peternak yang biasanya menjual murah ke pengepul atau tengkulak, kini bisa langsung menjual produknya ke SPPG dengan harga pasar yang lebih baik.

"Satu SPPG yang membelanjakan Rp10.000 untuk 3.000 porsi per hari menciptakan perputaran ekonomi lokal hingga Rp30 juta per hari," tuturnya. 

Kemudian, MBG juga memicu tumbuhnya jasa bengkel mobil dan service elektronik lokal. Sebab,  ada kebutuhan perawatan rutin peralatan SPPG, seperti barang elektronik dan mobil angkutan. 

MBG juga berdampak terhadap industri konstruksi. Dengan target pembangunan 30.000 SPPG, program ini akan menyerap tenaga kerja dan material konstruksi dalam jumlah besar. Terakhir, pemanfaatan limbah dapur SPPG seperti sisa makanan, menjadi pakan ternak atau pupuk kompos. Tentunya kedua komponen tersebut menciptakan nilai tambah baru bagi petani dan peternak lokal.

Dari dampak langsung dan tidak langsung, secara makro ekonomi, ia memperkirakan MBG mampu menyumbang sebesar 0,15-0,20 persen bagi pertumbuhan ekonomi nasional.

"Jika kuartal III kemarin kita tumbuh 5,04 persen, dengan adanya tambahan efek ekonomi dari MBG, harapannya negara bisa tumbuh di angka 5,1 persen-5,2 persen di akhir tahun ini. Program ini revolusioner. Ini kesempatan kita untuk mengawasi dan mengerjakannya bersama-sama. Jangan skeptis, karena pada kenyataannya tidak ada yang dirugikan di sini, semua diuntungkan," tukasnya. 

BERITALAINNYA
BERITATERKINI