Cegah Sarkopenia, BPOM Imbau Masyarakat Konsumsi Gizi dan Suplemen yang Tepat

Laporan: Tio Pirnando
Kamis, 13 November 2025 | 20:48 WIB
Deputi Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan Kosmetik BPOM Mohamad Kashuri. (SinPo.id/ Dok. BPOM)
Deputi Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan Kosmetik BPOM Mohamad Kashuri. (SinPo.id/ Dok. BPOM)

SinPo.id - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengingatkan masyarakat akan pentingnya penggunaan suplemen kesehatan yang tepat dan aman dalam upaya pencegahan sarkopenia yang semakin banyak dialami masyarakat Indonesia.

"Suplemen kesehatan bukan berfungsi mengobati, tetapi dapat melengkapi kebutuhan zat gizi, memelihara, serta meningkatkan/memperbaiki fungsi kesehatan," ujar Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan Kosmetik BPOM Mohamad Kashuri dalam webinar bertajuk 'Jauhi Sarkopenia: Ketahui Nutrisi dan Suplemen yang Tepat', dikutip Kamis, 13 November 2025. 

Kashuri menyampaikan, prevalensi sarkopenia di Indonesia berkisar antara 9,1–59 persen. Sarkopenia merupakan gangguan otot rangka umum yang ditandai dengan hilangnya massa otot dan gangguan fungsi otot, serta berhubungan dengan hasil kesehatan yang buruk.

Kashuri berharap agar masyarakat bijak dalam memilih produk suplemen kesehatan yang akan dikonsumsi dengan memeriksa izin edar BPOM, membaca label dengan teliti, dan mewaspadai klaim berlebihan.

Hingga September 2025, BPOM mencatat, ada 49 produk suplemen kesehatan yang telah memiliki momor izin edar (NIE) dengan indikasi membantu peningkatan massa otot. Produk-produk tersebut dapat digunakan oleh masyarakat dengan tetap memperhatikan aturan pakai dan kebutuhan individu.

Karenanya, Kashuri mengajak masyarakat untuk memulai pencegahan sejak dini. 

"Pencegahan sarkopenia dimulai dari hari ini dengan gizi seimbang, aktivitas fisik, dan konsumsi suplemen kesehatan yang tepat dan aman," kata Kashuri. 

Sementara itu, pakar gizi Rita Ramayulis memaparkan bahwa satu dari sepuluh orang dewasa di dunia mengalami sarkopenia. 

Namun, sarkopenia yang dulunya muncul pada lanjut usia (lansia), kini mulai terjadi pada anak muda atau usia produktif," ujarnya. 

Beberapa keluhan klinis yang terjadi pada penderita sarkopenia adalah kelemahan otot, stamina rendah, malas gerak, postur tubuh memburuk, nyeri sendi dan berdiri tidak stabil, kehilangan keseimbangan, maupun nyeri leher dan punggung. 

Untuk mencegah kondisi tersebut, Rita menekankan pentingnya pemenuhan gizi harian, khususnya protein, kalsium, vitamin D, dan omega-3, diikuti dengan latihan fisik secara teratur. 

"Apakah kebutuhan protein harian Anda sudah terpenuhi? Karena tanpa asupan yang cukup, massa otot akan terus menurun dan tulang ikut terbebani," kata Rita.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI