Kasus Ledakan SMAN 72 Jakarta: KPAI Dampingi Anak Pelaku, Polisi Temukan Bahan Peledak dan Ungkap Inspirasi dari 6 Tokoh
SinPo.id - Kasus ledakan di SMAN 72 Jakarta yang terjadi pada Jumat 7 November 2025 terus menjadi sorotan publik. Sejumlah lembaga negara, termasuk Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Polda Metro Jaya, dan Densus 88 Antiteror Polri, kini bergerak untuk menuntaskan penyelidikan sekaligus melakukan pendampingan terhadap anak berkonflik dengan hukum (ABH), yang menjadi terduga pelaku dalam insiden ini.
Ketua KPAI Margaret Aliyatul Maimunah memastikan pihaknya akan memberikan pendampingan hukum penuhterhadap ABH selama proses pemeriksaan hingga persidangan.
“Tentu yang tidak boleh ditinggalkan adalah pendampingan hukum dalam seluruh tahap pemeriksaan persidangan nanti,” ujar Margaret saat konferensi pers di Jakarta, Selasa 11 November
Margaret menegaskan bahwa perlakuan terhadap anak pelaku harus tetap berperspektif hak anak dan tidak dapat disamakan dengan pelaku dewasa. Selain itu, ia juga menyoroti pentingnya perlindungan dan keamanan anak di lingkungan sekolah, termasuk penguatan program sekolah ramah anak dan perhatian terhadap kesehatan mental siswa.
“Satuan pendidikan tidak boleh hanya fokus pada kegiatan belajar, tetapi juga wajib memperhatikan aktivitas dan kesehatan mental anak, termasuk di dunia maya,” kata Margaret.
Polisi Temukan Bahan Peledak di Rumah Terduga Pelaku
Dari hasil penyelidikan, Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Bareskrim Polri menemukan bahan peledak dengan kekuatan rendah (low explosive) di rumah ABH.
“Kami mendapatkan bahan-bahan peledak yang memiliki kekuatan ledak rendah di rumah ABH,” ujar Kombes Pol Ari Kurniawan Jati, Kabid Balistik dan Metalurgi Forensik Polri.
Bahan tersebut, kata Ari, sesuai dengan bahan yang ditemukan di dua lokasi peledakan di SMAN 72, yaitu di masjid sekolah dan area bank sampah.
Sementara itu, Dirreskrimum Polda Metro Jaya Kombes Pol Iman Imanuddin menegaskan bahwa pihaknya masih mendalami bagaimana ABH memperoleh bahan peledak tersebut.
“Kami masih menunggu keterangan lebih lanjut dari ABH karena yang bersangkutan masih menjalani perawatan,” ujarnya.
Iman menambahkan, ada indikasi bahwa tindakan ABH dipicu oleh dorongan psikologis berupa rasa kesepian dan kurang perhatian dari lingkungan sekitar.
“Dorongannya seperti merasa sendiri, tidak punya tempat menyampaikan keluh kesah, baik di rumah maupun di sekolah,” kata Iman.
Densus 88: Terduga Pelaku Terinspirasi Enam Tokoh Kekerasan Dunia
Dalam konferensi pers terpisah, Juru Bicara Densus 88 Antiteror Polri AKBP Mayndra Eka Wardhanamengungkap bahwa ABH terinspirasi dari enam tokoh kekerasan dunia yang dikenal lewat aksi ekstrem mereka, seperti Eric Harris dan Dylan Klebold (pelaku penembakan Columbine High School, 1999), Brenton Tarrant(penembakan di Masjid Christchurch, 2019), dan Natalie Lynn Rupnow (penembakan di Wisconsin, 2024).
“Pelaku mengikuti komunitas di media sosial yang mengagumi kekerasan. Setiap aksi ekstrem yang diunggah, mereka apresiasi sebagai tindakan heroik,” ujar Eka.
Menurut Eka, meski ABH tidak menganut satu ideologi tertentu, namun pola perilaku yang ditunjukkan mengarah pada ketertarikan terhadap aksi ekstremisme digital.
“Ini menjadi peringatan bagi kita semua tentang pentingnya pengawasan aktivitas anak di dunia maya,” tambahnya.
Sekolah Fokus pada Pemulihan Trauma Siswa
Sementara itu, Kepala Sekolah SMAN 72 Jakarta Tetty Helena Tampubolon menyampaikan bahwa seluruh siswa masih menjalani pembelajaran jarak jauh (PJJ) disertai program “trauma healing” sejak Senin (10/11).
“Materi pemulihan trauma diberikan oleh psikolog dari kepolisian, Dinas Pendidikan, dan Dinas Kesehatan. Kami ingin memastikan siswa siap kembali belajar tatap muka,” ujar Tetty.
Ia juga menyampaikan permohonan maaf dan meminta dukungan masyarakat agar proses pemulihan dan penyelidikan dapat berjalan lancar.
“Kami mohon doa agar semuanya segera normal kembali,” katanya.
Kawasan Sekolah Masih Dijaga Ketat
Pantauan di lapangan menunjukkan bahwa Polisi Militer Angkatan Laut (POM AL) masih menjaga ketat akses masuk ke SMAN 72 Jakarta yang berada di kawasan Komando Daerah Maritim (Kodamar), Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Seluruh kegiatan pembelajaran masih dilakukan secara daring, dan psikolog dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta rutin memberikan sesi pemulihan bagi para siswa.
“Tidak ada murid di dalam sekolah, semua mengikuti PJJ secara daring,” kata salah satu psikolog di lokasi.
Kasus ini kini terus dalam penyelidikan Polda Metro Jaya dan Densus 88, dengan pendampingan dari KPAI. Penegak hukum menegaskan bahwa seluruh proses akan tetap mengutamakan prinsip perlindungan anak dan pemulihan psikologis korban serta pelaku.

