Pemprov DKI Fokus Pulihkan Trauma Siswa SMAN 72 Pasca Insiden Ledakan
SinPo.id - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memusatkan perhatian pada pemulihan psikologis siswa, guru, dan warga sekolah SMAN 72 Jakarta setelah insiden ledakan yang terjadi pekan lalu. Selain memastikan layanan medis bagi korban luka, Pemprov DKI menyiapkan pendampingan intensif agar para siswa dapat kembali belajar tanpa rasa takut.
Kepala Dinas Pemberdayaan, Perlindungan Anak, dan Pengendalian Penduduk (PPAPP) DKI Jakarta, Iin Mutmainnah, mengatakan tim psikolog dari pemerintah provinsi mulai diterjunkan sejak akhir pekan.
Menurutnya, tim tersebut akan mendampingi siswa selama pembelajaran jarak jauh dan pasca sekolah kembali dibuka.
“Kami ingin memastikan anak-anak tidak hanya pulih secara fisik, tetapi juga secara emosional. Mobil SAPA telah kami siagakan di lingkungan sekolah untuk memberikan konseling gratis bagi siswa, guru, dan keluarga terdampak,” ujar Iin di Jakarta, Minggu, 9 November 2025.
Iin menyebut, pendampingan dilakukan bersama Dinas Kesehatan DKI, Mabes Polri, dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) guna memastikan tenaga psikolog tersedia cukup.
“Ini bukan sekadar program tanggap darurat, tapi proses pemulihan jangka panjang,” tutur dia.
Adapun hingga Minggu malam, 30 korban masih dirawat di sejumlah rumah sakit: 14 orang di RSIJ Cempaka Putih, 15 orang di RS Yarsi, dan satu di RS Pertamina Jaya.
"Seluruh korban disebut mendapat pengawasan medis berkelanjutan," ungkap Iin.
Iin pun menegaskan pendampingan terhadap para korban akan terus dilakukan hingga seluruh warga sekolah dinyatakan pulih.
“Kami ingin memastikan mereka bisa kembali beraktivitas tanpa trauma,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Nahdiana, menyebutkan kegiatan belajar mengajar akan dilakukan secara daring mulai Senin, 10 November 2025. Sekolah, kata dia, masih dalam proses sterilisasi oleh kepolisian.
“Kami ingin memastikan anak-anak siap secara mental sebelum kembali ke ruang kelas. Nanti, pembelajaran tatap muka akan lebih banyak diisi dengan kegiatan olahraga dan seni untuk mengembalikan rasa aman,” ujar Nahdiana.
Sebelum pembelajaran dimulai, kata dia, pihak sekolah juga akan mengundang orang tua untuk membahas langkah-langkah pemulihan bersama psikolog dan unsur wilayah.
“Ini penting agar anak-anak mendapat dukungan penuh, baik dari sekolah maupun keluarga,” katanya.
