Tiga Tokoh Indonesia Suarakan Pesan Perdamaian Dunia di Roma

Laporan: Tio Pirnando
Minggu, 02 November 2025 | 19:53 WIB
JK, Nasaruddin Umar dan Arsjad Rasjid di acara Daring Peace International Meeting for Peace 2025 di Roma (SinPo.id/ Dok. DMI)
JK, Nasaruddin Umar dan Arsjad Rasjid di acara Daring Peace International Meeting for Peace 2025 di Roma (SinPo.id/ Dok. DMI)

SinPo.id - Tiga tokoh Indonesia, yaitu Jusuf Kalla (JK), Nasaruddin Umar, dan Arsjad Rasjid, menyuarakan pesan perdamaian dunia di acara Daring Peace – International Meeting for Peace 2025 di Roma, Italia, pada akhir Oktober.

Ketiganya membawa perspektif berbeda, tetapi saling melengkapi soal politik, spiritualitas, dan ekonomi. Hal itu merepresentasikan wajah Indonesia sebagai negara plural yang menjunjung dialog dan kemanusiaan.

Menurut Mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla, perdamaian bukan sekadar ketiadaan perang, melainkan keberanian untuk memilih jalan dialog dan solidaritas.

"Perdamaian sejati hanya bisa dibangun melalui keadilan dan keberanian moral," kata JK dalam keterangannya, Minggu, 2 November 2025.

JK juga menekankan peran penting rumah ibadah dalam membentuk keadaban sosial.

"Masjid tidak boleh hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga ruang sosial yang menumbuhkan solidaritas kemanusiaan," ujarnya.

Sementara itu, Menteri Agama RI Prof. Nasaruddin Umar, memberikan peringatan keras mengenai bahaya politisasi agama yang berpotensi memicu perpecahan.

"Ancaman terbesar bagi perdamaian bukan agama, melainkan penyalahgunaan agama,* tegas Imam Besar Masjid Istiqlal itu.

Ia juga mengajak komunitas global untuk meneladani Indonesia yang dianggapnya sebagai "laboratorium kerukunan", di mana berbagai umat dapat hidup berdampingan secara damai. "Keberagaman Indonesia adalah warisan spiritual yang dapat dibagikan kepada dunia," katanya.

Dari sudut pandang ekonomi, Arsjad Rasjid, yang merupakan eks Ketua KADIN Indonesia sekaligus Ketua Dewan Masjid Indonesia Bidang Kewirausahaan, menyoroti pentingnya pembangunan ekonomi yang berpihak pada kemanusiaan.

"Ketimpangan ekonomi sering menjadi sumber laten konflik. Ekonomi tanpa kemanusiaan adalah bentuk konflik tersembunyi," kata Arsjad saat berbicara di sesi bertema "Economy and Solidarity".

Dalam kesempatan itu, Arsjad turut memperkenalkan 5P Global Movement, sebuah inisiatif yang digagasya untuk mendorong partisipasi aktif dunia usaha dalam solusi kemanusiaan dan perdamaian global.

Patisipasi ketiga tokoh ini di antara ratusan delegasi internasional dinilai berhasil menampilkan "wajah damai Indonesia"-sebuah harmoni antara diplomasi moral, spiritualitas yang inklusif, dan etika ekonomi.

Suara mereka menjadi representasi bahwa perdamaian bukanlah semata-mata urusan pemimpin politik atau pemuka agama, melainkan sebuah tanggung jawab bersama yang melintasi batas iman, sektor, dan generasi.

Forum yang berlangsung di Basilika Lateran tersebut ditutup dengan pesan kuat dari Paus Leo XIV: "Perdamaian bukan hadiah, tetapi keputusan."

Pesan ini menegaskan kontribusi Indonesia di Roma bukan sekadar seruan moral, melainkan sebuah komitmen nyata untuk menghadirkan perdamaian melalui dialog dan kerja sama aktif lintas batas.

Diketahui, International Meeting for Peace 2025 di Roma merupakan forum lintas agama dan budaya yang mempertemukan ribuan tokoh dunia untuk membahas perdamaian global di tengah meningkatnya konflik dan ekstremisme.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI