Anwar Ibrahim Desak Donald Trump Wujudkan Perdamaian Gaza yang Adil dan Komprehensif
SinPo.id - Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, menegaskan bahwa dirinya telah mendesak Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, agar memastikan kesepakatan damai untuk Jalur Gaza berjalan secara adil, menyeluruh, dan berkelanjutan.
Hal itu disampaikan Anwar dalam konferensi pers di Kuala Lumpur pada Selasa 28 Oktober 2025, usai menutup KTT ke-47 ASEAN yang turut dihadiri Trump pada hari pembuka.
“Saya sudah melakukan yang terbaik untuk meyakinkan Presiden Trump bahwa inisiatif perdamaian Gaza harus komprehensif, harus berkelanjutan, dan yang terpenting harus adil,” ujar Anwar.
Dalam pertemuan bilateralnya dengan Trump di sela-sela KTT, Anwar mengaku menggunakan “setiap kesempatan” untuk berdialog, termasuk saat menumpang mobil kepresidenan AS, The Beast.
“Trump adalah pendengar yang baik dalam percakapan pribadi. Ia memberi beberapa pandangan, dan saya dengan sopan tidak sepakat dalam beberapa isu,” tambah Anwar.
Anwar mengatakan, Trump juga menanyakan undangan ASEAN untuk para presiden Afrika Selatan dan Brasil, serta membahas pertemuan Anwar sebelumnya dengan para pemimpin Hamas di Doha, Qatar.
Sebelumnya, dalam pidato di KTT AS–ASEAN, Anwar memuji rencana perdamaian AS untuk Gaza yang disebutnya memberikan “secercah harapan bagi dunia bahwa bahkan dalam konflik paling pelik, diplomasi dan tekad masih bisa menang.”
Rencana damai AS berisi 20 poin kesepakatan bertahap antara Hamas dan Israel, yang mulai berlaku pada 10 Oktober 2025. Tahap pertama mencakup pertukaran tahanan, penarikan sebagian pasukan Israel, serta pembangunan ulang Gaza dengan pemerintahan baru tanpa kehadiran Hamas.
Malaysia sendiri telah menyatakan kesiapannya untuk mengirim pasukan penjaga perdamaian ke wilayah Gaza setelah kesepakatan berjalan.
Menurut data Kementerian Kesehatan Gaza, sejak Oktober 2023, lebih dari 68.500 warga Gaza tewas dan 170.300 lainnya luka-luka akibat agresi militer Israel yang disebut Anwar sebagai “perang genosida yang harus segera dihentikan.”
