Keluarga Gus Dur Letakkan Batu Pertama Pusat Kajian Islam Asia Tenggara di Ciganjur
SinPo.id - Keluarga besar KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur resmi memulai pembangunan Pusat Kajian Islam Asia Tenggara dengan prosesi peletakan batu pertama di kediaman keluarga di Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Sabtu, 25 Oktober 2025.
Acara ini menjadi langkah awal mewujudkan cita-cita Presiden ke-4 Republik Indonesia itu untuk menghadirkan pusat kajian Islam yang terbuka dan berwawasan kemanusiaan.
Adapun sejumlah tokoh nasional hadir dalam acara tersebut, di antaranya Wakil Gubernur DKI Jakarta Rano Karno, KH. Mustofa Bisri (Gus Mus), KH. Yahya Cholil Staquf, KH. Husein Muhammad, Lukman Hakim Saifuddin, dan KH. Umar Wahid, serta sahabat dan keluarga dekat Gus Dur.
Dalam sambutannya, Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid mengungkapkan, gagasan pendirian pusat kajian ini berasal dari amanat langsung Gus Dur sebelum wafat.
“Beberapa saat sebelum Gus Dur wafat, beliau pernah mengatakan bahwa tanah yang sekecil ini jangan diapa-apakan, karena akan dipakai sebagai perpustakaan dan Pusat Kajian Islam Asia Tenggara,” ujar Sinta.
Sinta mengaku keinginan itu sempat tertunda karena keterbatasan. Namun, kata dia, dorongan datang dari sahabat-sahabat Gus Dur yang tak ingin cita-cita tersebut hilang begitu saja.
“Seorang sahabat beliau berkata kepada saya, ‘Aku ini sahabatnya Gus Dur, kalau terjadi apa-apa saya juga ikut bertanggung jawab.’ Ucapan itu menggebrak hati saya untuk berbuat sesuatu, meski saat itu saya tidak punya uang sedikit pun,” tuturnya.
Dengan dukungan para sahabat dan arsitek muda, perencanaan pembangunan akhirnya mulai berjalan. Sinta mengatakan, desain bangunan dirancang agar sesuai dengan nilai-nilai yang diperjuangkan Gus Dur, yakni Islam yang terbuka, progresif, dan berakar pada kemanusiaan.
Sinta juga menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang turut berkomitmen membantu pembangunan tersebut.
“Bapak Gubernur menyambut dengan baik dan berjanji membantu sebaik-baiknya agar keinginan Gus Dur dapat terwujud,” kata Sinta.
Sinta pun berharap, Pusat Kajian Islam Asia Tenggara Abdurrahman Wahid menjadi ruang dialog dan riset lintas agama, budaya, dan bangsa, sesuai dengan visi Gus Dur dalam menegakkan nilai kemanusiaan, keadilan, dan perdamaian dunia melalui Islam yang rahmatan lil ‘alamin.
“Semoga keinginan ini dapat terwujud sebaik-baiknya, mendapat ridho dari Allah SWT, dan memberikan manfaat bagi umat manusia,” ujar Sinta menutup sambutannya.
