Ketua Komisi VIII DPR Ingatkan Pentingnya Merawat Jejak Islam
SinPo.id - Ketua Komisi VIII DPR RI Marwan Dasopang mengingatkan pentingnya merawat ingatan kolektif bangsa atas jejak awal Islam. Sejarah bukan hanya sekadar masa lalu melainkan fondasi nilai.
Demikian disampaikan Marwan dalam rangka menyambut Hari Santri Nasional yang bertajuk 'Titik Nol Islam Nusantara dan Jejak Syekh Mahmud' di Barus, Sumatra Utara (Sumut).
"Sejarah bukan sekadar masa lalu, melainkan fondasi nilai. Penelusuran jejak Syekh Mahmud di Barus membantu kita memahami sanad perjuangan dan penyebaran Islam yang damai, moderat, serta berakar pada budaya lokal nusantara," kata ketua Marwan dalam keterangannya, Jakarta, Selasa, 21 Oktober 2025.
Oleh sebab itu, Marwan mendorong kolaborasi lintas lembaga, akademisi, pemerintah daerah, komunitas ulama, dan pelaku budaya, agar jejak awal Islam di Barus semakin terverifikasi dan terdiseminasi secara luas.
"Penelusuran Islam nusantara maupun Syekh Mahmud Barus menegaskan kembali peran historis Barus sebagai salah satu gerbang awal dakwah Islam di nusantara," ujarnya.
Pertama, kata dia, penegasan sanad perjuangan dan penyebaran Islam di Barus harus memadukan riset filologis, genealogi keilmuan, dan sejarah sosial keagamaan untuk memetakan jaringan ulama, tarekat, serta rute niaga maupun dakwah yang menghubungkan Barus dengan pusat-pusat Islam di kawasan Samudra Hindia.
Kedua, penelusuran sejarah berbasis teks, situs, dan artefak harus dengan cara mengumpulkan, mengatalogkan, dan memverifikasi naskah, prasasti, nisan, serta temuan arkeologis yang relevan dengan keberadaan Syekh Mahmud di Barus. Kemudian memastikan prosedur ilmiah agar dapat dipertanggungjawabkan secara akademik dan edukatif.
Terakhir, pembangunan narasi dan infrastruktur memori publik dilakukan dengan cara mengembangkan Museum Barus dan Syekh Mahmud berbasis data sejarah yang tervalidasi lengkap dengan kurasi pameran, pusat dokumentasi digital, dan program residensi riset, agar pengetahuan tersebut dapat hidup dalam pendidikan, pariwisata sejarah, dan diplomasi budaya.
