Israel Lancarkan Serangan Udara Besar ke Gaza Selatan, 21 Tewas — Gencatan Senjata AS di Ujung Tanduk

Laporan: Tim Redaksi
Senin, 20 Oktober 2025 | 06:17 WIB
Ilustrasi. (SinPo.id/Jurnalis Gaza, Mohammad Rabah)
Ilustrasi. (SinPo.id/Jurnalis Gaza, Mohammad Rabah)

SinPo.id -  Militer Israel melancarkan gelombang serangan udara besar-besaran ke Gaza selatan, Minggu 19 Oktober 2025 waktu setempat, hanya beberapa jam setelah gencatan senjata yang dimediasi Amerika Serikat mulai menunjukkan tanda-tanda rapuh. Serangan ini menewaskan setidaknya 21 warga Palestina dan kembali memicu ketegangan di kawasan yang hancur akibat perang dua tahun terakhir.

Tentara Israel menyebut operasi tersebut sebagai “gelombang serangan besar dan ekstensif” terhadap puluhan target di Rafah dan wilayah lain, dengan dalih pasukan mereka diserang oleh pejuang Hamas. Namun, Hamas membantah tuduhan itu, menegaskan tidak ada bentrokan yang terjadi di zona yang dikendalikan Israel.

“Kami tidak mengetahui adanya insiden atau kontak senjata di Rafah. Wilayah itu adalah zona merah di bawah kendali Israel,” kata sayap bersenjata Hamas, Brigade al-Qassam, dalam pernyataan resminya.

Menurut Badan Pertahanan Sipil Gaza, sedikitnya 21 warga Palestina tewas sejak pagi akibat rentetan serangan udara di berbagai titik Jalur Gaza.

Sementara dua tentara Israel dilaporkan tewas dalam pertempuran, sebelum militer membalas dengan artileri dan serangan lanjutan.

Serangan Meluas ke Tengah dan Utara Gaza

Laporan medis di Rumah Sakit Al-Aqsa menyebut lima warga Palestina tewas akibat serangan di az-Zawayda, wilayah tengah Gaza.

Tiga lainnya tewas di kamp pengungsi Nuseirat, sementara dua korban meninggal di Gaza utara, menurut kantor berita Wafa.

Dari Gaza City, jurnalis Al Jazeera Hani Mahmoud menggambarkan suasana penuh ketakutan:

“Lebih dari 20 serangan udara diluncurkan hanya dalam beberapa jam. Warga, termasuk anak-anak, bertanya apakah perang telah dimulai lagi,” ujarnya.

AS Tuduh Hamas Langgar Gencatan Senjata, Hamas Balik Menuding “Propaganda Israel”

Sebelumnya, Departemen Luar Negeri AS mengklaim memiliki laporan kredibel bahwa Hamas berencana melanggar kesepakatan gencatan senjata. Tuduhan ini langsung dibantah keras oleh Hamas.

“Klaim itu sepenuhnya sejalan dengan propaganda Israel dan menjadi pembenaran bagi kelanjutan agresi,” bunyi pernyataan resmi Hamas.

Kelompok itu juga menuduh Israel melindungi milisi bersenjata pro-Israel di Rafah dan meminta Washington menekan Tel Aviv untuk menghentikan dukungannya terhadap kelompok-kelompok tersebut.

 Mediasi Kembali di Kairo

Sementara itu, delegasi Hamas yang dipimpin Khalil al-Hayya tiba di Kairo, Mesir, untuk berdiskusi dengan mediator dan faksi-faksi Palestina terkait kelanjutan pelaksanaan kesepakatan gencatan senjata.

Hamas menegaskan tetap berkomitmen terhadap perjanjian tersebut, termasuk penyerahan jenazah tawanan Israelyang masih tertinggal di Gaza.

Namun, kelompok itu memperingatkan bahwa eskalasi baru Israel dapat menghambat proses pencarian dan evakuasi jenazah yang masih tertimbun reruntuhan akibat serangan udara sebelumnya.

Tekanan Internal di Israel Meningkat

Di Tel Aviv, situasi politik juga memanas. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memerintahkan militer untuk mengambil “tindakan keras” terhadap pelanggaran gencatan senjata.

Menteri sayap kanan Itamar Ben-Gvir menyerukan agar “perang dilanjutkan dengan kekuatan penuh,” sementara Menteri Keuangan Bezalel Smotrich hanya menulis satu kata di X: “War!”

Analis Chatham House, Yossi Mekelberg, menyebut kondisi ini sebagai bukti rapuhnya kesepakatan damai:

“Sejak awal, gencatan senjata ini sangat rapuh. Hanya butuh satu insiden untuk membuat semuanya runtuh.”

BERITALAINNYA
BERITATERKINI