BKPM Catat Realisasi Investasi Triwulan III Tembus Rp150 Triliun
SinPo.id - Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani mencatat, realisasi investasi di sektor hilirisasi hingga triwulan III 2025, mencapai Rp150,6 triliun atau naik 64,6 persen secara tahunan di periode yang sama (year on year/yoy).
"Tetap memang masih didominasi oleh hilirisasi mineral, dalam hal ini nikel. Karena kita memang penghasil reserve nikel terbesar, kurang lebih 42 persen," ujar Rosan dalam konferensi pers, Jumat, 17 Oktober 2025.
Adapun rincian realisasi investasi tersebut, terbesar berasal dari mineral yang mencapai Rp97,8 triliun, dari sumbangan nikel, Rp42 triliun, tembaga Rp21,2 triliun, bauksit Rp15,6 triliun, besi baja Rp9,5 triliun, timah Rp1,5 triliun, serta komoditas lainnya seperti pasir silika, emas, perak, kobalt, mangan, batubara, aspal buton, logam tanah jarang, sebesar Rp8 triliun
Kemudian, hilirisasi investasi sektor perkebunan dan kehutanan menyumbang Rp35,9 triliun, berasal dari kelapa sawit Rp21 triliun, kayu log Rp11,7 triliun, karet: Rp1,6 triliun, lomoditas lain seperti pala, kelapa, kakao, dan biofuel Rp1,6 triliun
Berikutnya, sektor minyak dan gas bumi menyumbang Rp15,4 triliun, terdiri minyak bumi Rp10,4 triliun, gas bumi Rp5 triliun. Termasuk sektor perikanan dan kelautan mencatatkan investasi sebesar Rp1,5 triliun.
Untuk wilayah dengan investasi hilirisasi tertinggi yaitu Sulawesi Tengah Rp28,7 triliun, Nusa Tenggara Barat (NTB) Rp14,1 triliun, Jawa Barat Rp15 triliun, Maluku Utara Rp14,3 triliun, dan Jawa Timur Rp9,8 triliun.
BKPM juga mencatat realisasi investasi bidang hilirisasi pada Januari-September 2025 mencapai Rp431,4 triliun, naik 58,1 persen dibanding tahun sebelumnya, yang dominasi hilirisasi di proyek mineral dan perkebunan.
Investasi terbesar tetap di Sulawesi Tengah Rp84,2 triliun, Maluku Utara Rp48,2 triliun, Jawa Barat Rp43,7 triliun, NTB Rp32 triliun, serta Jawa Timur Rp28 triliun.
Bagi Rosan, capaian ini menjadi bukti komitmen Indonesia dalam memperkuat industrialisasi berbasis sumber daya alam, dan mendukung transisi energi ekonomi hijau.
"Program hilirisasi di sektor kelapa sawit dan kehutanan sudah berjalan. Tapi kita ingin terus mendorong ke tahap selanjutnya, karena potensinya sangat besar dan memberikan efek berganda bagi perekonomian nasional," tukasnya.
