Kadin: Perubahan Gaya Kepemimpinan di Kemenkeu Tandai Era Baru Ekonomi Prabowo
SinPo.id - Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Andi Rahmat menilai, gaya kepemimpinan Sri Mulyani dengan Purbaya Yudhi Sadewa di Kementerian Keuangan (Keuangan) perbedaannya memang sangat mencolok. Menkeu Purbaya yang menggunakan pendekatan ekspansif dan itu sangat cocok dengan Presiden Prabowo Subianto.
"Nah, apakah Purbaya bisa membawa kita kepada situasi ekonomi yang lebih baru? Dengan model kepimpinan Pak Prabowo mestinya bisa. Karena Ibu Sri Mulyani, jujur saja pak ya, jujur saja ya, itu nggak cocok (dengan) Pak Prabowo, nggak cocok. Itu kontradiktif sekali cara berpikirnya," kata Andi dalam diskusi bertajuk "Prestasi Ekonomi Setahun Pemerintahan Prabowo-Gibran", di Sekretariat Relawan Gatot Kaca Prabowo-Gibran, Jalan Pattimura, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu, 15 Oktober 2025.
Andi yang mengenal Sri Mulyani dan Purbaya sejak puluhan tahun lalu, menyebut, cara berpikir dan mengambil kesimpulan keduanya memang berbeda jauh. Purbanya dengan pendekatan ekspansifnya, akan menggunakan semua tools ekonomi untuk mengkerek angka pertumbuhan. Sedangkan Sri Mulyani, sosok yang sangat disiplin dengan pendekatan fiskal.
"Karena dia (Purbaya) punya teori sendiri. Dia yakin dari pengalamannya selama ini, sampai nanti pada kesimpulan bahwa pertumbuhan ekonomi kita ini tidak optimal, dengan model pendekatan fiskal seperti ini," kata Andi.
"Nah, ibu Sri Mulyani memang dia orangnya disiplin fiskal. Saya dari awal sudah bilang begitu. Karena dua-duanya saya kenal. Saya kenal mereka ini puluhan tahun yang lalu, cara berpikir, cara bekerja, cara mengambil kesimpulan terhadap data ekonomi. Makanya saya bilang tadi, data yang sama bisa beda, cara mengambil kesimpulannya, " sambungnya.
Lebih lanjut, Andi juga memuji gaya koboi Purbaya yang lebih kreatif, dalam melihat APBN bukan hanya dari sisi fiskal saja. Maka dari itu, tak heran Purbaya mendatangi kantor-kantor otoritas moneter.
"Dia ekspansi ke mana-mana orang ini. Tiba-tiba mau ngapain dia datang ke BNI, tiba-tiba pergi ke OJK, dia pergi ke sina, dia pergi ke sini. Itu cara berpikir, Pak. Jadi kalau kita ngelihat, 'ini orang sembarangan saja yang diurusin sama dia', nggak, itu cara berpikir," ucapnya.
Bagi Andi, Purbaya ingin menunjukan bahwa harus ada yang memimpin untuk mengubah kekakuan cara berpikir otoritas tersebut.
"Otoritas moneter yang kaku pikirannya, otoritas keuangan, otoritas bank yang kaku pikirannya ini mesti di-breakthrough," paparnya.
Terlebih, fungsi Kementerian Keuangan juga sebagai Chief of Economic Policy atau Kepala Kebijakan Ekonomi di Indonesia. Karena semua undang-undang yang berkaitan dengan masalah ekonomi, harus melewati Kemenkeu.
"Jadi kalau Presiden keluarkan Surpres (surat presiden) misalnya, ada undang-undang nih, berkaitan dengan asuransi, perbankan, macem-macem, Supres-nya bukan ke BI, bukan ke OJK, tapi ke Menteri Keuangan yang mewakili pemerintah. Pemerintah membahasnya bersama dengan DPR. Jadi disebut sebagai Chief of Economic Policy. Kepala Kebijakan Ekonomi Nasional. Jadi dia pakai fungsi itu kemana-mana nih, dia trabas satu-satu. Mudah-mudahan efeknya bagus," harap Andi.
Oleh karena itu, sikap koboi yang ditunjukkan oleh Purbaya dari sisi makro ekonomi, menurut Andi, tidak ada persoalan. Justru sikap Purbaya tersebut, sangat cocok dengan gaya kepemimpinan Prabowo yang juga cenderung ekspansif dalam melihat masalah ekonomi.
"Jadi memang ekonomi kita ekspansif Pak. Dia akan enforce jalanan nih. Ngeri nih Pak hari ini. Ini Presidennya Buldozer, Menteri Keuangannya Buldozer, di DPRnya juga Buldozer. Ada Pak Dascoo, ada Pak Misbakun. Saya kenal semua Pak. Misbakun saya kenal, otaknya juga sama. Ini juga Buldozer. Jadi 4-4 ini ngeri nih," tandasnya.
