Hentikan Kebocoran Anggaran, HIPMI Dukung Perbaikan Mekanisme Subsidi

Laporan: Tio Pirnando
Senin, 06 Oktober 2025 | 12:36 WIB
Sekretaris Jenderal BPP HIPMI Anggawira. (SinPo.id/dok. Pribadi)
Sekretaris Jenderal BPP HIPMI Anggawira. (SinPo.id/dok. Pribadi)

SinPo.id - Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) mendukung penuh perbaikan mekanisme subsidi agar lebih tepat sasaran dan efisien. Hal ini untuk menghentikan kebocoran subsidi yang nilainya sangat besar dan mengalihkan dana tersebut ke sektor produktif.

"Kami sejalan dengan Komisi XI bahwa perbaikan mekanisme subsidi harus dilakukan segera. Kebocoran yang selama ini terjadi mencapai ratusan triliun rupiah harus ditutup, dan ini hanya mungkin jika pemerintah berani melakukan reformasi menyeluruh," ujar Sekjen BPP HIPMI Anggawira, Senin, 6 Oktober 2025. 

Menurut Angga, kunci utama perbaikan mekanisme subsidi adalah mendefinisikan secara jelas siapa yang berhak menjadi penerima. Selama ini ketidakjelasan definisi membuat subsidi kerap salah sasaran. 

Untuk itu, pemerintah harus berbasis pada Data Terpadu Sistem Ekonomi Nasional (DTSEN) dengan validasi NIK dan KK, ditambah survei lapangan (real demand survey) agar penerima sesuai dengan kondisi aktual.

"Tanpa definisi penerima yang jelas, subsidi akan terus bocor. Yang seharusnya dinikmati masyarakat miskin justru dipakai kelompok mampu. Ini yang harus diputus segera," tegasnya.

Selain itu, HIPMI mendorong pemerintah mengoptimalkan lembaga seperti Sucofindo, Surveyor Indonesia, maupun BPKP sebagai pihak independen dalam proses verifikasi, monitoring, dan evaluasi penyaluran subsidi.

Preseden ini sudah ada sebelumnya, misalnya dalam verifikasi DMO batubara, pupuk bersubsidi, dan pengawasan distribusi energi. Keterlibatan lembaga verifikator akan menambah transparansi, akuntabilitas, dan kredibilitas sistem subsidi nasional.

HIPMI juga menyoroti pernyataan Menteri Keuangan Purbaya yang lebih banyak menimbulkan polemik di ruang publik.

"Menkeu jangan hanya menciptakan polemik, seharusnya mengambil langkah konkret dan berani. Reformasi subsidi adalah momentum untuk melakukan terobosan, bukan memperpanjang perdebatan," ujarnya. 

Tak lupa, HIPMI mendorong agar pemerintah segera mengambil sejumlah langka, selain mendefinisikan penerima subsidi secara jelas dan berbasis data, melibatkan lembaga verifikator independen, juga melakukan digitalisasi penyaluran. 

"Geser pola subsidi dari barang ke subyek dengan sistem transfer langsung. Optimalkan alokasi subsidi ke sektor produktif seperti UMKM, pendidikan, kesehatan, dan hilirisasi industri. Dorong BUMN lebih efisien agar tidak lagi bergantung pada subsidi harga yang menimbulkan distorsi pasar," ujarnya. 

Dengan langkah konkret ini, HIPMI percaya subsidi bisa berubah dari beban fiskal menjadi instrumen keadilan sosial dan akselerator pertumbuhan ekonomi.

"Komisi XI sudah memberi sinyal kuat untuk pembenahan subsidi. Tinggal keberanian Menkeu untuk mengeksekusi dengan melibatkan seluruh instrumen dan lembaga yang relevan. HIPMI siap memberikan advokasi dan masukan agar reformasi subsidi benar-benar dirasakan manfaatnya oleh rakyat," pungkasnya.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI