Global Peace Convoy Indonesia Minta Pemerintah Kawal Perjuangan Global Sumud Flotilla

Laporan: Galuh Ratnatika
Rabu, 01 Oktober 2025 | 10:49 WIB
Global Peace Convoy Indonesia (GPCI). (SinPo.id/Tim media)
Global Peace Convoy Indonesia (GPCI). (SinPo.id/Tim media)

SinPo.id - Global Peace Convoy Indonesia (GPCI) menyampaikan saat ini para relawan Global Sumud Flotilla (GSF) telah memasuki zona kuning, kawasan rawan di perairan dekat Gaza. Sehingga dibutuhkan dukungan dari pemerintah untuk mengawal perjuangan para relawan.

Pembina GPCI Bachtiar Nasir, menyampaikan apresiasi kepada pemerintah Indonesia atas komitmennya mendukung perjuangan bangsa Palestina. Namun, ia juga menekankan pentingnya perhatian khusus pemerintah terhadap konvoi GSF.

“Kami memohon pemerintah Indonesia memperhatikan pergerakan konvoi ini karena ada warga negara kita di sana,” kata Bachtiar, dalam keterangan persnya, dikutip Rabu, 1 Oktober 2025.

Pihaknya juga mengajak masyarakat untum ikut serta dalam aksi solidaritas melalui media sosial dengan menggaungkan perjuangan GSF menembus blokade ilegal Israel dan membuka koridor kemanusiaan. Ia menilai, suara publik sangat penting untuk menjaga perhatian dunia terhadap genosida Israel di Gaza.

Tercatat Indonesia mengirimkan 30 utusan untuk mengikuti pelatihan di Tunisia sekaligus berpartisipasi membeli lima kapal. Namun, dari total 21 kapal, hanya sepertiga yang dapat melanjutkan pelayaran, sehingga hanya sekitar 100 relawan yang berhasil menuju jalur Gaza. 

Di samling itu, delegasi Indonesia juga merelakan kursi kapal mereka untuk dokter dan anggota parlemen Eropa dalam rangka memperkuat legitimasi dan posisi misi GSF di dunia internasional.

Adapun dalam misi kemanusiaan ini terdapat tiga utusan asal Indonesia. Salah satunya yakni Husen Gaza, yang saat ini berada di atas kapal Summertime. Dari atas kapal Summertime, Husen juga menyampaikan permintaan langsung kepada Presiden RI untuk mengawal perjuangan rrlawan. 

“Kami mohon Pak Prabowo menyebut Global Sumud Flotilla di publik sehingga lebih banyak bangsa Indonesia mengetahui pergerakan ini,” ungkap Husen.

Selain itu, Kapal Summertime yang ditumpangi Husen juga berfungsi sebagai kapal pengamat yang mengikuti konvoi flotilla untuk mendokumentasikan setiap pelanggaran hukum internasional terhadap GSF. Catatan tersebut nantinya akan menjadi bukti hukum dalam upaya advokasi internasional.

Husen pun mengatakan, pihaknya tengah menyusul 42 armada GSF lainnya yang sudah berada di garis kuning. Apabila tidak ada kendala atau serangan dari pasukan Israel, kapal-kapal kemanusiaan tersebut diperkirakan akan tiba di Gaza dalam dua hingga tiga hari mendatang.

Sementara dua WNI lainnya yang juga menjadi relawan, yakni Wanda Hamidah dan Muhammad Faturrahman, masih tertahan di Pelabuhan Partopalo, Italia, akibat kerusakan kapal setelah menghadapi sejumlah kesulitan, termasuk serangan drone Israel.

Tak hanya itu, Israel juga melakukan sabotase sistematis berupa intimidasi terhadap kapten kapal, sehingga banyak yang menolak melanjutkan pelayaran. Bahkan ancaman keselamatan dikirim langsung kepada para nakhoda. 

Kemudian, serangan bom drone beracun sempat menyebabkan sejumlah relawan keracunan dan harus dievakuasi ke rumah sakit di Yunani. Kondisi tersebut tentunya memperlihatkan tingginya risiko yang dihadapi para relawan kemanusiaan internasional dalam usaha menembus blokade ilegal Israel.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI