DPR: Sejahterakan Tenaga Pendidik dan Selamatkan Masa Depan Anak Miskin Ekstrem

Laporan: Tio Pirnando
Sabtu, 27 September 2025 | 15:57 WIB
Ketua Komisi VIII DPR RI Marwan Dasopang (SinPo.id/ Parlementaria)
Ketua Komisi VIII DPR RI Marwan Dasopang (SinPo.id/ Parlementaria)

SinPo.id - Ketua Komisi VIII DPR RI Marwan Dasopang menegaskan pentingnya penguatan tata kelola Sekolah Rakyat di semua wilayah, termasuk Sentra Insyaf di Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara (Sumut).

Menurutnya, keberhasilan program ini tidak hanya ditentukan oleh kurikulum dan fasilitas, tetapi juga kesejahteraan tenaga pendidik serta kondisi psikologis anak-anak penerima manfaat dari keluarga miskin ekstrem.

"Ya, ini harus segera kita tuntaskan karena menyangkut hak orang. Kita ingin menghasilkan program Sekolah Rakyat dengan baik, dengan merekrut semua yang dibutuhkan mulai dari kepala sekolah, guru, pengasuh di asrama, hingga tenaga kesehatan. Tetapi ternyata hak-hak mereka belum juga dituntaskan," kata Marwan usai melakukan Kunjungan Spesifik (Kunspek) Komisi VIII DPR RI, yang disiarkan melalui keterangan tertulis, Sabtu, 27 September 2025.

Dia mencontohkan terdapat kepala sekolah yang dipindahkan dari kabupaten lain untuk bertugas di Sekolah Rakyat Sentra Insyaf, namun hingga kini belum mendapatkan kepastian hak sebagai guru.

"Umpamanya kepala sekolah, dia dari kabupaten lain, dipindahkan ke sini. Haknya sebagai guru di tempat asal terancam hilang, sementara di Sekolah Rakyat ini haknya belum diterima. Jadi posisinya rawan, di sana bisa dihapus, di sini belum mendapatkan hak yang layak," katanya.

Selain persoalan tenaga pendidik, Legislator dari Fraksi PKB ini menyoroti tantangan yang dihadapi anak-anak peserta didik. Menurutnya, banyak di antara mereka harus menanggung beban psikologis karena dipisahkan dari keluarga.

"Ya memang anak-anak ini untuk dipisah tentu ada beban fisiologisnya, karena selama ini tidak terbiasa. Tetapi kita gembira mereka bertekad tidak pulang meski dengan kerinduan yang luar biasa," katanya.

Dalam kunjungan tersebut, dia bahkan sempat meminta agar ayah dari salah satu siswa dibawa ke balai, supaya anak tersebut mendapat kabar bahwa orang tuanya sedang dirawat.

"Hal-hal seperti ini jangan sampai menjadi beban psikologis bagi anak," tegasnya.

Marwan menambahkan Sekolah Rakyat harus menjadi solusi nyata dalam memutus mata rantai kemiskinan, mengingat masih banyak anak usia sekolah yang ditemukan mengamen di simpang jalan. Karena itu, dia berencana mendorong pemerintah memperkuat program ini agar sesuai cita-cita awal.

"Besok kami di Komisi VIII akan memanggil Menteri Sosial untuk membicarakan temuan di lapangan ini, agar Sekolah Rakyat betul-betul menjadi wadah sesuai cita-cita bagi masa depan anak Indonesia," ujarnya.

Lebih lanjut, dia juga mengapresiasi penyediaan makanan sehat bagi siswa, namun menekankan perlunya penguatan pendidikan agama.

"Saya kira cukup memadai untuk pemenuhan gizi anak-anak. Bahkan berbeda dengan program MBG, di sini ada makanan khusus untuk anak-anak Sekolah Rakyat. Tapi anak-anak ini juga butuh semangat, cita-cita, dan ketahanan mental. Saya kira pondasi agama harus diperkuat. Guru agama harus ada, apakah nanti dari Kanwil Agama atau direkrut khusus," kata dia.

Menutup kunjungan, Marwan kembali menekankan bahwa keberhasilan Sekolah Rakyat tidak boleh hanya dilihat dari semangat anak-anak, tetapi juga dari kesejahteraan tenaga pengajar dan pengasuh yang bekerja sepenuh hati di dalamnya.

"Kalau tidak segera dituntaskan, tujuan Sekolah Rakyat semakin jauh dari cita-cita. Karena itu, baik kepala sekolah, guru, pengasuh, keamanan, penjaga asrama, maupun tenaga kesehatan, semua hak mereka harus segera diselesaikan," tegasnya.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI