Menteri PU: Infrastruktur Bukan Sekadar Fisik, tapi Perisai Ketahanan Bangsa
SinPo.id - Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo, menyampaikan apresiasi yang tinggi atas pidato Presiden Prabowo Subianto dalam Konferensi Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (KTT PBB) di New York, Amerika Serikat, Selasa kemarin, waktu setempat.
"Pidato Presiden Prabowo di hadapan para pemimpin dunia adalah pidato yang luar biasa, penuh visi, dan memberi kebanggaan bagi kita semua sebagai bangsa Indonesia. Pidato tersebut menunjukkan Presiden Prabowo berpikir jauh ke depan dalam menghadapi tantangan global," kata Dody dalam keterangannya, Kamis, 25 September 2025.
Dalam pidatonya di KTT PBB, Presiden Prabowo menyampaikan bahwa di tengah pertumbuhan populasi dunia dan tekanan global terhadap pangan, energi dan air, Indonesia memilih untuk menghadapi tantangan tersebut dengan langkah nyata di dalam negeri sekaligus membantu negara lain.
Indonesia bertekad menjaga ketahanan pangan untuk generasi mendatang sekaligus mewujudkan visi menjadi lumbung pangan dunia dalam beberapa tahun ke depan melalui membangun rantai pasok pangan yang tangguh, memperkuat produktivitas petani, dan berinvestasi dalam pertanian cerdas iklim.
Menurut Dody, konsep perdamaian yang diusung Prabowo dalam pidato itu sejalan dengan pembangunan infrastruktur PU sebagai resiliency bangsa, khususnya pada sektor pangan, energi, dan air (Food-Energy–Water) serta dampak perubahan iklim. Karena, pembangunan infrastruktur harus dipandang sebagai pertahanan sipil atau non-military defense.
"Bendungan, irigasi, sistem penyediaan air minum, pengendalian banjir, hingga energi terbarukan seperti hydropower dan floating solar adalah bukti nyata. Infrastruktur bukan sekadar fisik, tetapi perisai (benteng) ketahanan bangsa dalam menghadapi tantangan global," ujarnya.
Tantangan global seperti perubahan iklim dan ketegangan antar negara-negara di Timur Tengah, turut memberikan dampak nyata pada stabilitas pangan, energi, dan air, khususnya di Indonesia. Oleh sebab itu, kemandirian pada tiga sektor strategis tersebut harus menjadi prioritas dalam pembangunan nasional.
"Sekali lagi, infrastruktur adalah perisai bangsa. Bendungan dan irigasi mendukung ketahanan pangan. SPAM dan sistem pengendalian banjir memastikan kebutuhan dasar masyarakat terpenuhi. Jalan dan jembatan menopang konektivitas dan distribusi logistik. Semua itu menjadi bagian dari ketahanan nasional di tengah dinamika global," tegasnya.
Dody menggambarkan resiliensi sebagai seni bertahan sekaligus tumbuh. "Resiliensi itu bisa kita lihat ketika sawah tetap hijau di musim kemarau karena bendungan hadir di belakangnya, ketika masyarakat yang dilanda banjir tetap bisa tersenyum karena tanggul baru melindungi rumah mereka. Atau ketika petani tetap bisa panen karena jaringan irigasi mengalirkan air dari bendungan," tuturnya
Pada Tahun Anggaran (TA) 2025, Kementerian PU menargetkan pembangunan 16 bendungan baru, 20,52 kilometer jalan tol, 45.000 hektare jaringan irigasi, serta rehabilitasi 10.000 hektare jaringan irigasi guna memperkuat rantai pasok pangan, mendukung swasembada pangan, sekaligus memastikan para petani mendapat suplai air yang berkelanjutan.
Melalui program strategis PU608, Kementerian PU juga terus mendorong efisiensi investasi, pengentasan kemiskinan, dan target pertumbuhan ekonomi 8 persen pada 2029.
Program ini sekaligus memperkuat resiliency Indonesia menghadapi perubahan iklim, ketidakpastian ekonomi global, dan krisis geopolitik.
"Kementerian PU siap mendukung penuh arahan Presiden Prabowo. Perdamaian yang beliau gaungkan di forum internasional menjadi semangat bagi kami untuk membangun resiliency nasional melalui infrastruktur sumber daya air, pangan, energi, dan konektivitas," pungkasnya.
