AS Kembali Veto Gencatan Senjata Gaza, 10 Negara Siap Akui Palestina Pekan Depan
SinPo.id - Amerika Serikat kembali memveto resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata permanen di Gaza, untuk keenam kalinya sejak perang pecah pada Oktober 2023. Keputusan ini membuat Washington semakin terisolasi setelah 14 anggota DK lainnya mendukung resolusi tersebut.
Wakil utusan Timur Tengah AS, Morgan Ortagus, menyebut rancangan itu “cacat” karena tidak mengecam Hamas dan gagal mengakui hak Israel untuk membela diri. Ia menuding DK PBB mempromosikan “narasi palsu” yang melegitimasi kelompok militan tersebut.
Sementara itu, Israel terus menggempur Gaza City dengan tank dan serangan udara. Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan 36 warga tewas pada Kamis, termasuk 19 di Gaza City. Total korban jiwa sejak perang pecah mencapai 65.141 orang, mayoritas perempuan dan anak-anak.
Kondisi Gaza “Katastropik”
Juru bicara Kantor Kemanusiaan PBB, Olga Cherevko, menggambarkan situasi Gaza sebagai “katastropik”. Jalur bantuan terakhir telah runtuh, membuat warga terjebak tanpa cukup makanan, air, maupun tempat tinggal.
Sekitar 480 ribu orang sudah mengungsi dari Gaza City, namun wilayah penampungan di Khan Younis, termasuk al-Mawasi yang disebut Israel sebagai “zona kemanusiaan”, kini penuh sesak. UNICEF melaporkan anak-anak mulai jatuh sakit akibat kelaparan dan penyakit bawaan air.
“Bahkan hewan pun sulit bertahan hidup dalam kondisi ini,” kata Sylvia al-Shurafi, seorang ibu dua anak yang kini tinggal tanpa tenda.
Kecaman Internasional
Amnesty International menyebut veto AS sebagai tindakan “morally reprehensible” dan menuduh Washington menutup mata atas pelanggaran hukum internasional oleh Israel.
Di Den Haag, Mahkamah Internasional mengonfirmasi bahwa Brasil resmi bergabung dengan gugatan genosida yang diajukan Afrika Selatan terhadap Israel, menambah tekanan hukum global.
Sementara itu, di Eropa, 10 negara termasuk Prancis, Inggris, Australia, Kanada, Belgia, dan Portugal dikabarkan akan secara resmi mengakui Negara Palestina pada Senin 22 September 2025mendatang. Presiden Prancis Emmanuel Macron dijadwalkan menyampaikan pengumuman di New York, berbarengan dengan pertemuan para pemimpin dunia di Majelis Umum PBB.
“Annexasi Tepi Barat adalah garis merah,” tegas seorang pejabat Élysée, menegaskan pengakuan Palestina sebagai upaya positif untuk perdamaian.
Perang Belum Reda
Di lapangan, Israel melanjutkan operasi besar-besaran di distrik Tal al-Hawa dan Sheikh Radwan, Gaza City. Serangan udara juga menghantam sekolah dekat Stadion Yarmouk, menewaskan dua anak. UNRWA melaporkan lebih dari 90% fasilitas PBB di Gaza hancur atau rusak akibat lebih dari 300 serangan.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan perang hanya akan berakhir dengan kekalahan Hamas. Namun tekanan internasional kian menguat agar konflik segera dihentikan, seiring memburuknya krisis kemanusiaan, kelaparan, dan wabah penyakit di Gaza.
Sekjen PBB Antonio Guterres menyebut apa yang terjadi sebagai tingkat kehancuran terburuk sepanjang hidupnya.
“Apa yang kita saksikan di Gaza adalah mengerikan. Famine, kehancuran total layanan kesehatan, dan jutaan orang dipaksa hidup dalam konsentrasi besar tanpa tempat tinggal layak,” ujarnya di New York.
