Beroperasi Oktober, Kemenkop Minta Percepat Sosialisasi Pembiayaan Kopdes Merah Putih
SinPo.id - Sekretaris Kementerian Koperasi RI Ahmad Zabadi menekankan pentingnya percepatan sosialisasi terkait skema pembiayaan untuk mendukung target operasionalisasi seluruh Koperasi Desa/Kelurahan (Kopdes) Merah Putih awal Oktober 2025.
Menurut dia, melalui pemahaman yang utuh terkait alur proses pencairan pendanaan dari Bank Himbara, menjadi titik kritis dalam upaya mendukung operasionalisasi Kopdes di seluruh Indonesia.
"Ini jadi penting karena kita ingin memastikan awal Oktober ini sudah running, tidak lagi ada isu tentang pemahaman terkait dengan bagaimana model bisnisnya, bagaimana terkait dengan pembiayaannya dan permasalahan lainnya," kata Zabadi dalam keterangannya, 20 September 2025.
Zabadi meminta Kepala Dinas dan Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Pembentukan Kopdes di tingkat provinsi/ Kabupaten/ Kota, dapat menjawab semua pertanyaan atau permasalahan yang dihadapi para pengelola/pengurus Kopdes di wilayahnya terutama terkait dengan pembiayaan.
Zabadi menjelaskan, pada fase operasionalisasi ini, Kopdes juga difokuskan pada upaya optimalisasi pemanfaatan teknologi digitalisasi melalui sistem yang telah disiapkan yaitu Simkopdes.
Kemudian, Kopdes juga didorong memperkuat kemitraan dengan mitra strategis agar proses operasionalisasi dapat berjalan dengan baik dan lancar.
Kita mendorong agar semua transaksi dapat dilakukan dengan cashless. Anggota akan mendapat kartu khusus untuk berbelanja, sehingga tidak ada lagi keraguan aparat hukum terkait pengelolaan dana," kata Zabadi
Terkait dengan pembiayaan bagi Kopdes, Presiden Prabowo secara khusus memberikan arahan agar dukungan Bank Himbara ataupun LPDB tidak hanya berfokus pada pemenuhan modal kerja. Namun diharapkan ada dukungan pembiayaan investasi sehingga Koperasi dapat memiliki kapasitas yang lebih tinggi untuk bersaing.
"Banyak koperasi desa kita tidak memiliki gudang atau gerai. Karena itu, pembiayaan investasi sangat penting agar koperasi bisa menjalankan fungsinya dengan baik," jelasnya.
Zabadi berharap dari Bank penyalur pembiayaan yaitu Himbara turut mempermudah alur proses pencairan setelah menerima berkas proposal bisnis yang diajukan oleh Kopdes. Dalam proses pencairannya, Bank penyalur tidak akan mencairkan pengajuan pinjaman kepada Kopdes melainkan langsung kepada mitra bisnisnya sebagai pemasok komoditas yang akan diperjualbelikan.
Zabadi mengapresiasi dukungan dari BRI, BNI, Mandiri, dan BSI yang sudah menyatakan komitmennya untuk mempermudah pencairan pinjaman kepada Kopdes dengan petunjuk teknis yang telah ditetapkan.
"Karenanya ini memang butuh akselerasi percepatan sebab Bapak Presiden menginginkan kita untuk menuntaskan operasionalisasinya ini hingga akhir tahun. Kalau sudah pecah telur, pembiayaan berikutnya akan lebih mudah," ujarnya.
Zabadi juga meminta agar pengurus/ pengelola Kopdes fokus pada upaya mengoptimalkan keterlibatan dan peran aktif dari anggota koperasi. Hal ini sangat penting karena operasionalisasi Koperasi tidak akan berjalan maksimal dalam jangka panjang apabila anggota koperasi tidak diberdayakan.
Pengajuan pembiayaan kepada perbankan hanyalah menjadi salah satu opsi untuk memulai mengoperasikan koperasi. Opsi lain yang tidak kalah penting adalah mengoptimalkan sumber daya dari anggota untuk dapat menggali potensi pembiayaan dari iuran wajib, iuran sukarela yang dapat dikoleksi setiap bulannya. Semakin banyak masyarakat yang menjadi anggota koperasi, maka semakin besar potensi sumber pembiayaan internal yang dapat digali.
"Kalau 10 ribu anggota menyetor simpanan wajib Rp25 ribu per bulan, koperasi bisa menghimpun Rp250 juta tiap bulan, atau hampir Rp1,5 miliar setahun," jelasnya.
Zabadi mengkritisi rendahnya jumlah anggota di beberapa koperasi. Untuk itu perlu peran serta dari pemerintah daerah hingga ke tingkat desa/ kelurahan untuk bersama-sama mendorong masyarakat menjadi anggota Kopdes.
Menurutnya, strategi paling efektif untuk menggaet lebih banyak anggota koperasi adalah mengaitkan keanggotaan dengan akses ke barang bersubsidi.
"Kalau non-anggota tidak bisa belanja, maka otomatis mereka terdorong jadi anggota. Inilah strategi marketing koperasi," tukas Zabadi.
