Optimalkan Operasi Yustisi, Satgas Pantau Lewat Sistem BLC

Laporan: Tisa
Rabu, 28 Oktober 2020 | 09:20 WIB
Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito (Foto: Biro Pers Setpres)
Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito (Foto: Biro Pers Setpres)

sinpo, JAKARTA - Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito mengatakan, pihaknya tengah melakukan inovasi baru dalam menangani pandemi di Indonesia, Selasa (27/10/2020).

Ia mengungkapkan, saat ini Satgas melakukan inovasi di bidang Data dan IT berupa sistem yang  dinamai "Sistem Bersatu Lawan COVID-19 (BLC) Monitoring Perubahan Perilaku". 

"Sistem ini dirancang untuk menghasilkan data yang realtime, terintegrasi, sistematis, interoperabilitas, dan melibatkan koordinasi lintas sektor," kata Wiku melalui keterangan pers yang disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden, Rabu (28/10/2020).

Dirinya menambahkan, lewat sistem ini petugas di lapangan dapat memasukkan berbagai data yang dibutuhkan.

Salah satunya, kata dia, ialah pelanggaran protokol kesehatan yang dilakukan masyarakat di lokasi-lokasi pengawasan secara real time

"Data yang dimasukkan para petugas di lapangan, akan diolah menjadi data statistik," ucapnya.

Statistik ini, lanjutnya, digunakan untuk mengetahui lokasi atau area terbanyak secara lokasi geografis, serta menemukan pelanggaran protokol kesehatan. 

"Data statistik itu nantinya dapat digunakan untuk mengoptimalisasi pelaksanaan operasi yustisi," ujarnya.

Pria kelahiran Malang, Jawa Timur ini menambahkan, salah satu fitur yang terdapat dalam sistem BLC Perubahan Perilaku ialah kuesioner untuk melaporkan kerumunan yang terjadi.

Selain itu, ia menuturkan bahwa kuesioner juga digunakan untuk memonitor kepatuhan individu dan institusi terhadap protokol kesehatan. 

"Termasuk dapat digunakan memetakan lokasi dan institusi yang perlu meningkatkan kepatuhan terhadap protokol kesehatan," katanya.

Wiku mengatakan, hasil pelaporan monitoring dalam sistem ini, berupa dashboard nasional yang berbentuk alat navigasi. 

"Saat ini, sudah berjalan selama 4 minggu, dan sudah ada 18.960.212 orang yang dipantau," ujarnya.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI