Pengamat: Solusi Proyek Tanggul Raksasa Perlu Pakai Pembiayaan Campuran

Laporan: Tio Pirnando
Sabtu, 06 September 2025 | 15:16 WIB
Ilustrasi pembangunan tanggul laut atau Fase A di kawasan Ancol Barat (SinPo.id/ Dok. Dinas SDA DKI)
Ilustrasi pembangunan tanggul laut atau Fase A di kawasan Ancol Barat (SinPo.id/ Dok. Dinas SDA DKI)

SinPo.id -  Peneliti Universitas Sebelas Maret (UNS) Anto Prabowo menilai, pembangunan tanggul laut raksasa atau Giant Sea Wall (GSW), sebagai upaya menyelamatkan penurunan permukaan tanah di Pantai Utara Jawa, perlu mendapat dukungan dari solusi pembiayaan campuran (blended finance). Karena, diperkirakan proyek tersebut menelan biaya kisaran US$40-42 miliar atau setara dengan Rp600-650 triliun.

"Solusinya adalah pembiayaan campuran (blended finance), memadukan dana publik, swasta, dan investor global melalui instrumen keuangan inovatif," kata Anto dalam keterangannya, Sabtu, 6 September 2025.

Anto menjelaskan, solusi pembiayaan campuran yang memakai  instrumen keuangan inovatif, seperti Green Sukuk, Asset Value Protection, dan ABS, akan menjadikan proyek lebih bankable, sekaligus inklusif.

Karena, dana sebesar US$40-42 miliar tidak mungkin sepenuhnya mengandalkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Sebab, APBN juga untuk membiaya banyak program prioritas lain pemerintah.

"Tanpa kolaborasi kuat antara pemerintah, swasta, dan regulator, investor tidak akan masuk," ucapnya.

Bagi Anto, proyek tanggul raksasa bukan hanya sekadar proyek infrastruktur, tetapi ujian besar bagi Indonesia dalam membangun model pembiayaan iklim yang berkelanjutan. Keberhasilan proyek ini bergantung pada tiga kunci utama yaitu Inovasi keuangan untuk memobilisasi dana tanpa membebani negara.

Kedua, lolaborasi lintas sektor dengan tata kelola transparan. Ketiga, safeguards sosial-ekologis untuk memastikan pembangunan berkeadilan.

"Jika ketiga hal ini dijaga, GSW akan menjadi tonggak sejarah Indonesia dalam menjawab triple challenge kebijakan iklim: efektivitas, efisiensi, dan keadilan," ungkapnya.

Lebih lanjut, Anto memperkirakan, potensi perputaran ekonomi di proyek ini akan mencapai US$20-25 miliar nilai properti baru di kawasan reklamasi dalam 20 tahun, pusat bisnis, dan industri baru yang menarik investasi asing langsung (FDI).

Proyek ini juga dapat menyerap ratusan ribu tenaga kerja di sektor konstruksi, jasa, dan pariwisata. Selain itu, efisiensi ekonomi dari pengurangan kerugian banjir sebesar US$600 juta per tahun.

"GSW bukan hanya mencegah kerugian, tetapi menciptakan nilai ekonomi baru. Inilah logika asset value protection dan asset value creation yang harus berjalan beriringan," tukasnya.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI