Jaga Daya Beli, Bapanas Masifkan Intervensi Harga Beras di 214 Daerah

Laporan: Tio Pirnando
Kamis, 04 September 2025 | 12:52 WIB
Ilustrasi pemerintah menggelar gerakan pangan harga murah. (SinPo.id/dok. Bapanas)
Ilustrasi pemerintah menggelar gerakan pangan harga murah. (SinPo.id/dok. Bapanas)

SinPo.id - Badan Pangan Nasional (Bapanas)  memasifkan stabilisasi pasokan dan harga beras di berbagai daerah, khususnya di 214 kabupaten/kota yang harganya masih di atas Harga Eceran Tertinggi (HET). Intervensi ini dilakukan secara spesifik melalui penyaluran beras Perum Bulog yang dijual lebih murah dari harga pasar.

"Kalau HET untuk beras medium di zona 1 itu Rp 13.500 per kilogram (Kg), maka Bulog hadir dengan beras seharga Rp 12.500 per kilogram. Dengan begitu, masyarakat punya akses ke beras lebih murah dan ini diharapkan memberi dampak nyata dalam menekan harga di pasaran," kata Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi dalam keterangannya, Kamis, 4 September 2025. 

Selain intervensi harga, Bulog sesuai penugasan dari Bapanas juga terus menyempurnakan penyaluran bantuan pangan (banpang) beras kepada 18,2 juta keluarga penerima manfaat (KPM). Program ini sudah terealisasi hampir 99 persen, di mana setiap keluarga menerima 20 kg beras. 

"Ini bantuan yang langsung menyasar masyarakat yang paling membutuhkan, sekaligus menjaga daya beli mereka di tengah dinamika harga," kata Arief. 

Arief menjelaskan, kenaikan harga beras medium dari Rp 12.500 menjadi Rp 13.500 per Kg, merupakan bentuk penyesuaian wajar mengikuti perkembangan harga gabah di tingkat petani yang kini berada di kisaran Rp 6.500–Rp 7.000 per Kg. Hal ini  penting agar rantai usaha tani hingga penggilingan, tetap berkelanjutan. 

"Kalau harga gabah tinggi, maka harga beras medium pun perlu menyesuaikan. Yang penting, Bulog hadir untuk memberikan opsi harga lebih murah kepada masyarakat," paparnya.

Sementara itu, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyampaikan, kondisi pangan nasional saat ini berada dalam tren positif. 

Produksi beras nasional hingga Oktober 2025 dapat mencapai 31,04 juta ton dan diperkirakan menembus 34 juta ton sepanjang tahun. Ini naik signifikan dibanding tahun sebelumnya. 

"Yang terpenting, tahun ini Indonesia tidak melakukan impor beras dan justru memiliki stok berlimpah. Ini patut kita syukuri sebagai buah dari kerja sama lintas kementerian dan lembaga di bawah arahan Bapak Presiden Prabowo," kata Amran. 

BERITALAINNYA
BERITATERKINI