KSPI dan KSPSI Nilai Ada "Penumpang Gelap" di Aksi Ricuh, Empat Konfederasi Buruh Sepakat Tahan Diri
SinPo.id - Dua pimpinan konfederasi serikat buruh di Indonesia, yaitu Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) dan Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI), menilai kericuhan dalam aksi demonstrasi di Jakarta pekan lalu dipicu oleh adanya “penumpang gelap” yang menyusupi massa.
"Ada terasa benar (penumpang gelap, red.), dan teman-teman buruh sudah bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat. Saya minta ikut bersama pemerintah daerah untuk mengamankan aset negara. Itu kan yang dibakar-bakar itu aset negara, uang publik juga," kata Presiden KSPI Said Iqbal di Istana Kepresidenan RI, Jakarta, Senin 1 September 2025.
Menurutnya, terdapat sekitar 100 orang yang diduga menjadi kelompok perusuh dalam aksi tersebut. "Kira-kira itu yang harus kita deteksi," ujarnya.
Terkait penjarahan rumah pribadi anggota DPR, Said menyebut hal itu merupakan ekses dari kekecewaan rakyat. "Di kala upah buruh murah, banyak PHK, aspirasi ojek online tak digubris, tiba-tiba DPR minta tunjangan perumahan Rp50 juta sambil joget-joget. Itu melukai rasa rakyat," tambahnya.
Senada, Presiden KSPSI Andi Gani Nena Wea menilai kericuhan tersebut menunjukkan adanya pihak yang menunggangi aksi massa. "Kelihatannya seperti itu, karena sangat sporadis. Tadi malam hampir masuk kawasan industri di Bekasi, sekarang jutaan buruh bersiap siaga. Kami pastikan, tidak akan tinggal diam kalau wilayah industri diganggu perusuh," ujarnya.
Meski demikian, Andi Gani menegaskan bahwa demonstrasi damai tidak boleh dilarang, karena merupakan bagian dari hak asasi. Ia menyebut buruh di sejumlah kawasan industri seperti Karawang, Bekasi, dan Purwakarta saat ini dalam posisi siaga.
Empat konfederasi buruh besar, yaitu KSPI, KSPSI, KSPSI Pembaruan, dan KSBSI, sepakat tidak akan menggelar unjuk rasa dalam waktu dekat demi menjaga kondusivitas.
"Empat konfederasi buruh sepakat tidak menurunkan massa dalam waktu dekat karena kami ingin menjaga kedamaian," kata Andi Gani.
Ia menyebut instruksi tersebut sudah dikeluarkan bersama pimpinan konfederasi lainnya, yakni Said Iqbal (KSPI), Jumhur Hidayat (KSPSI Pembaruan), dan Ely Rosita Silaban (KSBSI). Instruksi tersebut meminta buruh tetap bersiaga, tidak terprovokasi, dan menghindari wilayah rawan konflik.
Said Iqbal menegaskan buruh tetap akan menyuarakan aspirasi sesuai prosedur hukum. "Kalau akan melakukan aksi, kita ikuti prosedur, undang-undang, hindari anarkis, hindari kekerasan. Kalau rusuh, semua yang rugi," ujarnya.
Dengan sikap ini, konfederasi buruh menegaskan posisi mereka menjaga ruang demokrasi melalui unjuk rasa damai, sekaligus menolak aksi anarkis yang ditunggangi kelompok perusuh.
