Pengamat Nilai Habiburokhman Konsisten Bela Kebenaran
SinPo.id - Pernyataan mantan Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong atau Tom Lembong dalam wawancara bersama Najwa Shihab menarik perhatian publik.
Dalam pernyataannya, Tom Lembong menyebut Ketua Komisi III DPR RI Habiburokhman sebagai sosok pertama yang mempertanyakan dasar hukum kasus yang menjeratnya. Padahal, keduanya diketahui sempat bersilang pendapat sengit saat Pemilu 2024.
Pengamat komunikasi politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio, menilai ucapan Tom Lembong tersebut bukan hanya bentuk penghargaan terhadap integritas personal Habiburokhman, tapi juga mengindikasikan ada kejanggalan dalam proses hukum yang sempat menimpa mantan Menteri Perdagangan itu.
“Pernyataan Tom secara tidak langsung menunjukkan bahwa bahkan pihak di luar lingkaran politik Habiburokhman pun melihat ada keanehan dalam kasus ini,” ujar Hendri dalam keterangannya, Minggu, 17 Agustus 2025.
Menurut Hendri, keberanian Habiburokhman mengangkat isu ini sejak awal, bahkan ketika partainya tak berada dalam posisi strategis, menunjukkan konsistensinya membela kepentingan rakyat.
“Dia punya rekam jejak vokal membela masyarakat sejak masih di barisan oposisi,” kata Hendri.
Kendati berseberangan secara politik, Tom Lembong secara terbuka mengapresiasi sikap Habiburokhman. Bagi Hendri, ini menjadi bukti politik tak harus selalu soal rivalitas.
“Ketika seseorang dari 'kubu lawan' menyatakan penghargaan atas sikap Anda, itu artinya Anda berdiri di atas prinsip. Itu hal langka di politik kita,” tuturnya.
Adapun dalam kanal YouTube Hendri, Habiburokhman sempat menyatakan kasus yang menimpa Tom Lembong tidak memiliki elemen niat jahat atau mens rea. Dia mempertanyakan konstruksi hukum yang digunakan jika tuduhan hanya berdasarkan pada dugaan memperkaya pihak lain.
“Dia mempertanyakan logika hukum dalam kasus itu, bukan semata membela individu. Itu membedakan antara loyalitas terhadap kebenaran dan sekadar kepentingan politik,” ujar Hendri.
Lebih lanjut, Hendri menyebut pengakuan Tom Lembong sebagai 'validasi dari pihak netral'. Dia menuturkan, justru karena mereka pernah berseberangan, pengakuan ini jadi lebih bernilai.
"Ini yang jarang kita temui, pengakuan lintas kubu yang tulus," ungkap Hendri.
Hendri berharap lebih banyak politisi dapat meneladani sikap seperti itu. “Kita butuh lebih banyak wakil rakyat yang berani berbicara berdasarkan nurani, bukan kepentingan kelompok atau posisi partai. Ini yang harusnya menjadi wajah baru politik Indonesia,” tandasnya.
