Mensos Apresiasi Peran Guru Mangajar di Sekolah Rakyat

Laporan: Sigit Nuryadin
Sabtu, 09 Agustus 2025 | 22:57 WIB
Menteri Sosial RI Saifullah Yusuf alias Gus Ipul. (SinPo.id/dok. Kemensos)
Menteri Sosial RI Saifullah Yusuf alias Gus Ipul. (SinPo.id/dok. Kemensos)

SinPo.id - Menteri Sosial (Mensos) Saifullah Yusuf atau akrab disaoa Gus Ipul menaruh perhatian besar terhadap peran guru dan kepala sekolah dalam menyatukan kemampuan belajar siswa di Sekolah Rakyat. 

Menurutnya, tantangan besar di sekolah ini justru muncul dari semangat inklusif yang tak mensyaratkan seleksi akademik dalam penerimaan siswa.

“Para guru di sini bukan sekadar mengajar, tapi juga membentuk ulang pola belajar anak-anak yang datang dari latar belakang berbeda. Ini bukan hal mudah, tapi mereka melakukannya dengan kesabaran luar biasa,” kata Gus Ipul di Jakarta, Sabtu, 9 Agustus 2025.

Dia menuturkan, Sekolah Rakyat memang dirancang untuk memberi akses pendidikan kepada anak-anak yang terpinggirkan oleh sistem pendidikan formal. Namun itu berarti para pengajar harus siap dengan kondisi siswa yang belum memiliki dasar kemampuan belajar yang seragam.

“Bayangkan, ada yang sudah lulus SD tapi belum bisa membaca. Tapi dua minggu belajar bersama guru di sini sudah mulai menunjukkan kemajuan. Ini bukan hanya soal kurikulum, tapi komitmen,” tururnya.

Gus Ipul menyebut strategi yang digunakan sekolah-sekolah rakyat sangat fleksibel dan menyesuaikan dengan kebutuhan siswa. Dia menyebut, program matrikulasi di awal menjadi kunci untuk menyamakan kemampuan dasar sebelum siswa masuk ke proses pembelajaran reguler.

“Karena tidak ada tes masuk, maka metode ajar pun harus adaptif. Dan para guru di sekolah rakyat ini paham betul bagaimana menangani keragaman muridnya, baik dari segi akademik maupun karakter,” ujar Gus Ipul. 

Lebih dari sekadar menyamakan kemampuan akademik, lanjutnya, Kementerian Sosial juga menekankan pentingnya pembentukan disiplin dan karakter. 

Menurutnya, Sekolah Rakyat menggunakan sistem asrama untuk membentuk rutinitas dan kebiasaan baru bagi para siswa, banyak di antaranya berasal dari lingkungan sosial yang menantang.

“Anak-anak ini tidak hanya belajar di kelas, tapi juga belajar hidup bersama, mengikuti aturan, dan membentuk kebiasaan baru yang lebih positif. Ini yang membedakan sekolah rakyat dari sekolah biasa,” imbuhnya. 

Adapun hingga Agustus ini, Kementerian Sosial mencatat telah ada 100 titik Sekolah Rakyat yang aktif di berbagai daerah. Jika infrastruktur memungkinkan, akan ditambah 59 titik lagi pada bulan September mendatang.
 

BERITALAINNYA
BERITATERKINI