Trump Vs Medvedev: Perang Kata-Kata Nuklir dan Respons Hati-hati Kremlin

Laporan: Tim Redaksi
Selasa, 05 Agustus 2025 | 06:06 WIB
Amerika vs Rusia
Amerika vs Rusia

SinPo.id -  Ketegangan antara AS dan Rusia kembali membara, tapi kali ini bukan di medan perang, melainkan lewat mikrofon dan media sosial.

Mantan Presiden AS Donald Trump memicu kontroversi dengan mengumumkan bahwa ia telah mengirim dua kapal selam nuklir ke “wilayah yang tepat” — sebagai respons atas ancaman nuklir yang dilontarkan Dmitry Medvedev, mantan Presiden Rusia yang kini menjabat Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia.

Namun Kremlin justru menanggapi dengan tenang. Juru bicara Dmitry Peskov menekankan bahwa kapal selam AS “sudah siaga tempur” dan menyerukan kehati-hatian dalam menggunakan retorika nuklir. Ia menegaskan bahwa Rusia tidak melihat ini sebagai eskalasi langsung.

 “Semua pihak harus sangat hati-hati dengan retorika nuklir,” ujar Peskov.

Sementara itu, Medvedev malah menyebut sistem “Dead Hand” — sistem balasan nuklir otomatis Rusia — dalam postingannya, memperburuk ketegangan.

Saat diplomasi mandek, aksi militer terus berlangsung.

Ukraina mengklaim berhasil menyerang pangkalan udara militer Rusia di Krimea dan depot bahan bakar di Sochi.

Rusia merespons dengan serangan udara di Kharkiv, menyebabkan kebakaran hebat.

Pertukaran tahanan 1.200 orang disepakati dalam negosiasi di Istanbul.

Trump’s Special Envoy, Steve Witkoff, dijadwalkan bertemu Putin di Moskow untuk menekan kesepakatan gencatan senjata sebelum batas waktu yang ditetapkan Trump habis.

Drama politik bertemu dunia fashion. Trump memuji iklan American Eagle yang dibintangi aktris Euphoria Sydney Sweeney, setelah mengetahui ia adalah Republikan terdaftar.

Namun iklan tersebut menuai kontroversi karena dianggap menyiratkan pesan eugenik dengan permainan kata antara jeans dan genes. Trump, sebaliknya, menyebutnya “iklan terpanas” dan menyindir Taylor Swift sebagai “tidak lagi hot”.

“WOKE itu untuk pecundang,” kata Trump, memicu debat budaya pop-politik di seluruh media sosial.

Di Texas, puluhan anggota parlemen Demokrat kabur dari negara bagian demi menghentikan rencana redistricting pro-Trump yang disebut-sebut akan “mencuri” lima kursi DPR.

Mereka menghadapi ancaman penangkapan dari Gubernur Greg Abbott.

Rencana redistricting Texas dianggap mendiskriminasi pemilih kulit hitam dan Latin.

Demokrat menyebut ini sebagai “kudeta politik yang diperintahkan dari Mar-a-Lago”.

“Ini bukan tentang partai Demokrat. Ini tentang demokrasi itu sendiri,” ujar Rep. Trey Martinez Fischer dari Illinois.

Apa Artinya Semua Ini?

Dari Moskow hingga Austin, ketegangan geopolitik dan domestik di AS menunjukkan dunia berada dalam kondisi “overheat”:

Retorika nuklir kembali jadi senjata politik.

Krisis Ukraina terus berdarah tanpa solusi nyata.

Perang budaya dan politik domestik AS menciptakan garis demarkasi baru — bahkan dalam iklan jeans.

 Titik Temu?
Ketika pemimpin dunia dan tokoh budaya saling serang lewat media, dampaknya bisa melebihi bom. Karena saat narasi jadi senjata, publik lah yang jadi medan perangnya.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI