Kemenparekraf dan KSP Tinjau Langsung Program AKTIF Musik
SinPo.id - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bersama Kantor Staf Presiden (KSP) melakukan verifikasi lapangan Program Akselerasi Kreatif (AKTIF) Musik di dua titik pengembangan bakat muda: SMK Negeri 2 Kasihan dan Studio Mabes Balker, Bantul, Senin 28 Juli 2025.
Turut hadir Direktur Musik Kemenparekraf Mohammad Amin serta Tenaga Ahli Madya KSP Cheryl Anelia Tanzil. Kunjungan ini bertujuan memastikan implementasi program berjalan inklusif, tepat sasaran, dan berdampak luas bagi ekosistem ekonomi kreatif di daerah.
"Kolaborasi lintas sektor inilah yang ingin kami dorong—antara musisi, pendidik, siswa, UMKM, dan komunitas. Ini bukan sekadar soal musik, tapi soal membangun ekosistem kreatif yang inklusif dan berkelanjutan," ujar Mohammad Amin.
Program AKTIF Musik merupakan inisiatif kolaboratif antara Kemenparekraf dan KSP yang menggabungkan kekuatan komunitas seni, dunia pendidikan, musisi, serta pelaku UMKM. Program ini menjadi bagian dari transformasi Program Prioritas Nasional yang dipantau langsung oleh KSP.
Salah satu capaian utama adalah produksi video klip "Wong Sepele", kolaborasi antara musisi Ndarboy Genk dan penyanyi tunanetra Fauzi Haidi, bersama Komunitas Mabes Balker. Lagu tersebut sudah dirilis ke berbagai platform digital sejak 14 Juli 2025.
"Kami memilih Ndarboy Genk karena komitmennya terhadap komunitas. Ia mampu menjadi lokomotif brand bagi 250-an pegiat kreatif dalam Komunitas Balungan Kere," tambah Amin.
Dalam proses pembuatan video klip "Wong Sepele", sejumlah siswa dari SMKN 2 Kasihan dilibatkan sebagai musisi orkestra. Kegiatan ini memberi mereka pengalaman langsung dalam produksi musik profesional—sebuah pembuktian bahwa bakat lokal bisa bersinar lewat kolaborasi nyata.
Studio Mabes Balker pun menjadi lokasi vital, tidak hanya sebagai fasilitas produksi, tetapi juga ruang kolaboratif. Proses kreatifnya melibatkan teknisi audio, kru video, penata artistik, editor, hingga promosi—semuanya dari komunitas lokal.
Verifikasi lapangan ini juga diramaikan kehadiran pelaku UMKM yang menyajikan produk khas seperti makanan tradisional, kerajinan tangan, dan aksesori musik. Hal ini memperkaya dimensi kegiatan menjadi pertemuan seni, ekonomi, dan budaya lokal.
Hasil kunjungan ini akan menjadi pijakan dalam menyusun agenda lanjutan seperti workshop produksi, kolaborasi lintas genre, dan pertunjukan karya-karya baru dari generasi kreatif Yogyakarta.
"Program AKTIF Musik membawa semangat bahwa keterbatasan fisik bukan penghalang untuk berkarya. Inilah wajah baru ekonomi kreatif sebagai mesin pertumbuhan nasional yang dimulai dari daerah," tutup Amin.
