Tragedi Kemanusiaan di Laut Yaman: 68 Migran Ethiopia Tewas, 74 Masih Hilang

Laporan: Tim Redaksi
Senin, 04 Agustus 2025 | 04:42 WIB
kapal tenggelam (pixabay)
kapal tenggelam (pixabay)

SinPo.id -  Duka kembali menyelimuti dunia migrasi. Sebuah kapal yang mengangkut 154 migran asal Ethiopia karam di perairan Yaman bagian selatan, tepatnya di lepas pantai Provinsi Abyan, pada Minggu pagi. Tragedi ini merenggut nyawa sedikitnya 68 orang, sementara 74 lainnya masih dinyatakan hilang.

Menurut keterangan Abdusattor Esoev, Kepala Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) di Yaman, hanya 12 migran yang berhasil selamat dari kecelakaan tersebut. Sebanyak 54 jenazah ditemukan terdampar di pantai distrik Khanfar, sedangkan 14 lainnya berhasil dievakuasi ke kamar jenazah di Rumah Sakit Zinjibar, ibu kota Abyan.

“Sisanya dinyatakan hilang dan diduga kuat telah tenggelam,” ujar Esoev kepada Associated Press.

Tragedi ini menjadi yang terbaru dari serangkaian kecelakaan kapal di rute migran antara Afrika Timur dan negara-negara Teluk. Meskipun Yaman masih dilanda konflik berkepanjangan selama lebih dari satu dekade, negara itu tetap menjadi jalur utama para migran dari Ethiopia dan negara-negara Tanduk Afrika lainnya, yang berharap menemukan penghidupan lebih baik di Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan negara-negara Teluk lainnya.

Para migran ini kerap mempercayakan nasib mereka kepada para penyelundup, yang membawa mereka melintasi Laut Merah atau Teluk Aden menggunakan perahu-perahu kecil yang padat dan tidak layak. Risiko tinggi dan minimnya pengawasan membuat jalur ini menjadi mematikan.

Menurut data IOM, ratusan migran telah meninggal atau hilang di laut dalam beberapa bulan terakhir. Pada Maret lalu, empat kapal tenggelam di antara Yaman dan Djibouti, menewaskan dua orang dan menyebabkan 186 lainnya hilang.

“Situasi ini adalah krisis kemanusiaan yang terus berulang dan harus mendapat perhatian serius dari dunia internasional,” ujar Esoev.

Tragedi ini kembali menjadi peringatan keras tentang bahaya jalur migrasi ilegal dan kebutuhan mendesak akan solusi internasional untuk menghentikan perdagangan manusia dan melindungi para migran yang rentan.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI