Digitalisasi Maggot Jadi Langkah Awal Jakarta Bangun Ekonomi Sirkular

Laporan: Sigit Nuryadin
Jumat, 01 Agustus 2025 | 20:56 WIB
Ilustrasi maggot (SinPo.id/ Dok. Wastec)
Ilustrasi maggot (SinPo.id/ Dok. Wastec)

SinPo.id - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta meluncurkan fitur eMaggot di aplikasi eKSR (Elektronik Koperasi Suka Resik), sebagai bagian dari strategi digitalisasi pengelolaan sampah berbasis ekonomi sirkular. Langkah ini dinilai sebagai bentuk transformasi struktural dalam menjadikan sampah organik sebagai komoditas bernilai ekonomi.

“Ini bukan sekadar soal maggot, tapi bagaimana Jakarta mencoba menggeser paradigma pengelolaan sampah ke arah yang lebih produktif dan terintegrasi secara digital,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Asep Kuswanto, di Jakarta Jumat, 1 Agustus 2025.

Lewat eMaggot, kata Asep, transaksi penjualan larva Black Soldier Fly kini dilakukan secara nontunai dan tercatat digital. Menurutnya, fitur ini memungkinkan produsen lokal menjual maggot langsung ke Satuan Pelayanan Lingkungan Hidup, sementara pelaku usaha atau offtaker melakukan pembayaran usai verifikasi dari suku dinas.

“Model ini menghadirkan sistem yang transparan dan mengurangi ketergantungan pada perantara. Selain itu, pembayaran dilakukan pada hari yang sama, jadi pelaku usaha kecil tidak dirugikan,” ungkap dia. 

Lebih lanjut  Asep menilai sistem ini sebagai bagian dari upaya memperkuat ekosistem ekonomi sirkular, di mana pengelolaan sampah tak lagi dipandang sebagai beban, melainkan sebagai sumber nilai tambah.

“Dengan sistem ini, warga dapat mengambil peran aktif dalam proses daur ulang yang memiliki dampak ekonomi langsung. Bukan hanya lingkungan yang bersih, tapi juga pendapatan masyarakat yang naik,” ujar Asep.

Dalam sistem ini, lanjutnya  tidak ada batasan minimal berat untuk transaksi maggot, baik kering maupun basah. Dia menuturkan, setiap pelaku, mulai dari produsen, Satpel, hingga offtaker, wajib memiliki akun terverifikasi untuk menjamin akuntabilitas.

Aseo menambahkan, peluncuran eMaggot menjadi langkah awal digitalisasi sektor pengelolaan sampah terdesentralisasi. Menurut dia, program ini akan diperluas ke lebih banyak wilayah dan menjadi bagian dari peta jalan Jakarta menuju kota berkelanjutan.

“Jakarta ingin membuktikan bahwa solusi lingkungan bisa menjadi pilar ekonomi baru. Teknologi adalah alat untuk memastikan semua prosesnya efisien, terbuka, dan adil bagi semua pihak,” tandasnya. 

BERITALAINNYA
BERITATERKINI