Demokrat: Amensti Hasto-Abolisi Tom Lembong Kedepankan Kepentingan Lebih Besar

Laporan: Juven Martua Sitompul
Jumat, 01 Agustus 2025 | 15:45 WIB
Sekjen Partai Demokrat Herman Khaeron (SinPo.id/ Galuh Ratnatika)
Sekjen Partai Demokrat Herman Khaeron (SinPo.id/ Galuh Ratnatika)

SinPo.id - Sekjen Partai Demokrat Herman Khaeron menyambut baik pemberian abolisi bagi Tom Lembong dan amnesti pada Sekjen PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto. Pemberian 'pengampunan' itu dinilai sebagai sikap pemerintah yang mengedepankan kepentingan lebih besar.

"Sikap pemerintah ini mengedepankan kepentingan yang lebih besar, kemanusiaan, dan keadilan. Karena yang diberikan pengampunan dan pembebasan ini juga atas ribuan kasus lainnya," kata Khaeron kepada wartawan, Jakarta, Jumat, 1 Agustus 2025.

Khaeron mengatakan pemberian amnesti dan abolisi tersebut telah melalui pertimbangan DPR. Dia mengatakan tak ada perdebatan mengenai pemberian abolisi dan amnesti itu.

"Pemberian abolisi dan amnesti ini sudah melalui tahapan dan persetujuan DPR, saya sebagai anggota DPR bagian dari itu. Kalaupun ada kritik dari pihak lain silakan sepanjang konstruktif," ujarnya.

Sebelumnya. DPR RI dan pemerintah menggelar rapat konsultasi membahas pertimbangan terhadap rencana Presiden Prabowo memberikan amnesti hingga abolisi. Di antara nama-nama yang mendapat abolisi dan amnesti itu, yakni Tom Lembong dan Hasto Kristiyanto.

"Atas pertimbangan persetujuan DPR RI tentang pemberian abolisi terhadap saudara Tom Lembong," kata Wakil Ketua DPR Dasco seusai rapat di Kompleks Parlemen, Jakarta.

"Kedua, adalah pemberian, persetujuan dan pertimbangan atas Surat Presiden nomor R 42/Pers/VII/2025 tanggal 30 Juli 2025 tentang Amnesti terhadap 1.116 orang yang telah terpidana diberikan amnesti, termasuk Saudara Hasto Kristiyanto," ujarnya.

Hasto mendapat amnesti sebagai terpidana kasus dugaan suap pergantian antarwaktu (PAW) untuk anggota DPR Harun Masiku dan perintangan penyidikan.

Sementara itu, Tom Lembong menerima abolisi sebagai terpidana kasus dugaan korupsi importasi gula di Kementerian Perdagangan pada tahun 2015-2016.

Fenomena rombongan jarang beli (Rojali) sebagai potret di Jakarta (Ashar/SinPo.id)
JANGAN TERLEWAT:
Fenomena Rojali di Jakarta
BERITALAINNYA
BERITATERKINI