Thailand dan Kamboja Sepakat Gencatan Senjata Tanpa Syarat

Laporan: Tim Redaksi
Selasa, 29 Juli 2025 | 04:19 WIB
Ilustrasi wilayah Thailand dan Kamboja. (Foto: Dok. Wikimedia)
Ilustrasi wilayah Thailand dan Kamboja. (Foto: Dok. Wikimedia)

SinPo.id -  Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim mengumumkan gencatan senjata tanpa syarat antara Thailand dan Kamboja yang mulai berlaku Senin tengah malam (29 Juli 2025), sebagai langkah penting mengakhiri konflik perbatasan paling mematikan dalam lebih dari satu dekade.

Kesepakatan ini dicapai dalam pertemuan darurat yang digelar di Putrajaya, Malaysia, dan dihadiri oleh Perdana Menteri Kamboja Hun Manet dan Perdana Menteri sementara Thailand Phumtham Wechayachai. Selama lima hari bentrokan yang berlangsung sejak 24 Juli, setidaknya 36 orang tewas dan lebih dari 270.000 warga mengungsidari kawasan perbatasan sepanjang 817 km antara kedua negara.

“Ini adalah langkah awal yang krusial menuju deeskalasi dan pemulihan perdamaian serta keamanan kawasan,” ujar Anwar dalam konferensi pers, seraya menambahkan bahwa pertemuan lanjutan antar petinggi militer kedua negara akan dilakukan Selasa (30 Juli).

PM Kamboja Hun Manet menyambut baik hasil pertemuan tersebut. “Kami harap solusi yang diumumkan ini menjadi dasar untuk melangkah ke pembicaraan bilateral yang lebih normal, dan menjadi pondasi deeskalasi militer ke depan,” ujarnya.

Sementara itu, PM Thailand Phumtham, yang sebelumnya sempat meragukan keseriusan Kamboja, menyatakan komitmen untuk melaksanakan kesepakatan ini dengan itikad baik dari kedua belah pihak.

Ketegangan antara kedua negara meningkat sejak insiden di kawasan Prasat Ta Moan Thom, candi kuno di perbatasan yang menjadi sumber sengketa. Konflik memuncak setelah penembakan lintas batas dan serangan artileri berat selama beberapa hari terakhir.

Gencatan senjata ini juga tidak lepas dari tekanan internasional. Pertemuan di Malaysia turut dihadiri diplomat dari Amerika Serikat dan China, yang memainkan peran penting dalam menengahi kesepakatan damai.

Presiden AS Donald Trump, yang sedang berada di Skotlandia, turut memberi tekanan dengan mengancam tidak akan melanjutkan kesepakatan dagang jika konflik tidak dihentikan. “Kami tidak akan menyepakati apa pun sampai perang dihentikan,” katanya dalam pernyataan resmi.

Sebagai tambahan tekanan, AS juga telah menyiapkan tarif dagang sebesar 36 persen terhadap kedua negara yang akan diberlakukan mulai 1 Agustus 2025 jika situasi tidak kondusif.

Dalam pernyataan bersama usai pertemuan, Thailand, Kamboja, dan Malaysia menginstruksikan para Menteri Pertahanan untuk menyusun mekanisme pelaksanaan dan verifikasi gencatan senjata. Pertemuan “General Border Committee” juga telah dijadwalkan pada 4 Agustus di Kamboja.

Meski pertempuran kecil masih dilaporkan terjadi di beberapa titik perbatasan saat perundingan berlangsung, pengumuman gencatan senjata ini memberikan secercah harapan bagi ratusan ribu warga yang mengungsi akibat kekerasan.

Anwar Ibrahim menutup pernyataan dengan menyebut bahwa perdamaian di kawasan harus menjadi tanggung jawab bersama. “Ini bukan akhir, tapi awal dari pemulihan,” tegasnya.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI