Wamenlu: Tenang, Barang AS yang Masuk Indonesia Bukan Produk Keseharian Kita

Laporan: Tio Pirnando
Sabtu, 19 Juli 2025 | 13:37 WIB
Wamenlu RI Arief Havas Oegroseno. (SinPo.id/Tio)
Wamenlu RI Arief Havas Oegroseno. (SinPo.id/Tio)

SinPo.id - Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) RI Arief Havas Oegroseno menilai, publik tak perlu khawatir terkait pemberian tarif bea masuk 0 persen pada produk-produk Amerika Serikat (AS) sebagai timbal balik dari penurunan tarif resiprokal dari 32 persen menjadi 19 persen. Karena, barang-barang dari AS yang akan masuk ke Indonesia, bukanlah sebuah produk yang kompetitif. 

"Jadi produknya adalah produk yang tidak bersaingan dengan produk kita. Jadi tidak bisa dilihat kita (berikan) 0 (nol persen tarif) dia (AS) 19 (persen tarif), itu tidak hitam putih gitu. Jadi cara melihatnya adalah produknya apa (dari AS)," kata Arief dalam diskusi Double Check bertajuk "Buah Muhibah Presiden Prabowo Dari Dunia Internasional" di kawasan Jakarta Selatan, Sabtu, 19 Juli 2025. 

Arief menjelaskan, rata-rata produk yang bebas bea masuk dari AS adalah  untuk usaha-usaha besar, seperti kedelai, hingga gandum. Sebab itu, tak perlu khawatir mengenai serbuan produk impor dari AS. 

"Jadi kalau produknya Amerika kan tidak di sepatu, tidak di Apparel, tidak di kopi, tidak di produk hari-hari kita," ucapnya. 

Menurut Arief, sebenarnya rata-rata produk yang digunakan oleh pendukung Indonesia, bukan dari AS. Baik itu kendaraan, maupun elektronik, yang lebih lebih banyak berasal dari Jepang, Korea Selatan, dan China. Dengan demikian, melihat fasilitas bea masuk yang diberikan Indonesia 0 persen, harus dicermati produknya. 

"Makanya tadi saya berkali-kali tanya, produk yang kita pakai sehari-hari yang made in USA itu ada nggak kan? Nggak ada. Kebutuhan sehari-hari Indonesia itu apa sih? Sembako antara lain kan. Ikan Asin, Amerika nggak produksi kan. Kita kan ekspor ikan ke sana. Jadi 'you have to look at the products'. Untuk mengatakan ini fair atau nggak fair. Bisa dikatakan tidak fair kalau misalnya kita memang ekspor kedelai ke Amerika Serikat kena 19 persen, Amerika mengekspor ke Indonesia kena 0 persen. Itu baru nggak fair. Jadi lihat produknya," tegasnya. 

Arief juga menanggapi potensi tarif akan kembali turun dari angka 19 persen menjelang penerapannya pada 1 Agustus 2025, sebenarnya tarif resiprokal yang dikenakan terhadap produk Indonesia, itu terendah di ASEAN. Untuk itu, angka 19 persen tersebut juga patut disyukuri. 

"Kita masih paling rendah ini di antara negara-negara di ASEAN, Kita paling rendah 19 persen," tukasnya.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI