Piala Presiden 2025: Bukan Cuma Perebutan Gelar, tapi Juga Banjir Cuan untuk UMKM
SinPo.id - Piala Presiden 2025 tak hanya jadi ajang bergengsi bagi klub-klub profesional berburu trofi pramusim. Turnamen ini juga menyimpan nilai sosial dan ekonomi yang kuat, terutama bagi pelaku UMKM dan ekonomi rakyat kecil. Diselenggarakan konsisten sejak 2015, Piala Presiden kini menjelma menjadi simbol sportivitas dan penggerak ekonomi daerah.
Gelaran tahun ini yang dipusatkan di Stadion Si Jalak Harupat, Soreang, Kabupaten Bandung, tak hanya menghadirkan laga-laga menarik, tapi juga menghadirkan kebahagiaan ekonomi. Ketua Steering Committee Piala Presiden 2025, Maruarar Sirait, menyebut turnamen ini tetap teguh menjaga integritasnya tanpa pengaturan skor dan tanpa dana negara.
“Ini kali ketujuh Piala Presiden. Saya rasa tidak ada turnamen di Indonesia yang konsisten tujuh kali bisa jalan. Kenapa bisa? Karena sportif,” kata Maruarar, Sabtu 12 Juli 2025.
Salah satu bukti nyatanya adalah keberpihakan turnamen ini pada pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Sebanyak 110 UMKM di Bandung diberi lapak gratis di sekitar stadion. Mereka bisa berjualan langsung kepada ribuan penonton yang hadir setiap pertandingan.
“Tiga kali pertandingan, pendapatan UMKM di Bandung bisa mencapai Rp 2 juta hingga Rp 5 juta per hari,” lanjut Ara.
Hal ini disambut positif oleh Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, yang menilai kehadiran Piala Presiden sangat tepat karena bertepatan dengan libur kenaikan kelas anak sekolah.
“Piala ini memberikan rasa bahagia karena anak-anak bisa mendapatkan tontonan sepak bola yang berkualitas, penuh sportivitas dan teknik tinggi,” ucap Dedi yang akrab disapa KDM.
Dedi juga menyoroti dampak ekonominya yang menyebar hingga ke perhotelan, pengemudi angkot, ojek online, tukang sapu, hingga petugas keamanan.
“Piala ini memberikan efek ekonomi. Angkot ada penumpangnya, ojek menarik order, tukang sapu ada kerjaannya. Semua saling memberi rasa nyaman,” tambahnya.
Final Piala Presiden 2025 akan mempertemukan dua tim luar negeri debutan: Oxford United (Inggris) dan Port FC (Thailand), yang makin menyemarakkan atmosfer sepak bola Indonesia. Meskipun Persib Bandung gagal melaju ke final, turnamen ini tetap memberi hiburan dan manfaat luas bagi masyarakat.

