Indonesia Resmi Jadi Anggota Penuh BRICS
BRICS awalnya dibentuk untuk menyoroti peluang investasi, namun berkembang menjadi sebuah blok geopolitik, pemerintah antar negara yang bergabung bertemu setiap tahun dalam sebuah KTT formal dan mengoordinasikan kebijakan multilateral sejak 2009.
SinPo.id - Indonesia resmi menjadi anggota penuh BRICS yang disahkan dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS ke-17 di Rio de Janeiro, Brasil, pada Minggu 6 Juli 2025. Bergabungnya Indonesia yang langsung dihadiri Presiden Prabowo itu menjadi momen bersejarah.
BRICS merupakan akronim Brazil, Russia, India, China, South Africa, sebagai organisasi antar pemerintah terdiri dari Brasil, Rusia, India, Tiongkok, Afrika Selatan, Iran, Mesir, Etiopia, Uni Emirat Arab, dan Indonesia. Lembaga itu awalnya dibentuk untuk menyoroti peluang investasi, namun berkembang menjadi sebuah blok geopolitik dengan pemerintah mereka bertemu setiap tahunnya dalam sebuah KTT formal dan mengoordinasikan kebijakan multilateral sejak 2009.
Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya mengatakan, keikutsertaan Indonesia dalam forum BRICS merupakan hasil dari inisiasi langsung Presiden Prabowo di tahun pertamanya menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia.
“Masuknya Indonesia dalam keanggotaan BRICS merupakan inisiasi langsung dari Presiden Prabowo di tahun pertamanya menjadi Presiden Republik Indonesia. Indonesia pun diterima dengan cepat menjadi anggota ke-11 BRICS,” ujar Teddy, dalam keterangan tertulis.
Dengan keanggotaan yang kini terdiri dari Brasil, Rusia, India, Tiongkok, Afrika Selatan, Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab, Etiopia, Iran, dan Indonesia—BRICS kini merepresentasikan 50 persen populasi dunia dan mencakup 35 persen dari Produk Domestik Bruto (GDP) global.
Menurut Teddy, Presiden Prabowo memandang keikutsertaan Indonesia dalam BRICS sebagai langkah strategis untuk memperkuat posisi Indonesia di kancah internasional. "Presiden Prabowo optimistis dengan keikutsertaan Indonesia dalam BRICS akan memperkuat posisi Indonesia di kancah global, serta menekankan pentingnya kerja sama antarnegara melalui forum seperti BRICS untuk mendukung stabilitas dan kemakmuran dunia,” kata Teddy menjelaskan.
Sedangkan prinsip yang menjadi pijakan Presiden Prabowo dalam membangun hubungan internasional kembali ditegaskan dalam forum itu, yakni pentingnya memperluas jejaring persahabatan dan kerja sama strategis antarbangsa demi mendukung perdamaian dan kemakmuran global.
"Bergabungnya Indonesia dalam keanggotaan BRICS ini merupakan perwujudan prinsip yang selalu dipegang oleh Kepala Negara bahwa seribu kawan terlalu sedikit, satu lawan terlalu banyak," kata Teddy menitukan pernyataan presiden.
Pewaris Semangat Konferensi Asia-Afrika
Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva menegaskan, BRICS sebagai pewaris semangat Konferensi Asia-Afrika yang digelar pemerintah Indonesia di Bandung pada tahun 1955.
Di hadapan para kepala negara BRICS, termasuk Presiden Prabowo, Lula menyebut BRICS sebagai manifestasi nyata dari semangat Konferensi Asia-Afrika. "BRICS adalah manifestasi dari gerakan non-blok Bandung. BRICS menghidupi semangat Bandung," kata Lula, dikutip Tim Media Presiden.
Lula menyampaikan keprihatinan terhadap situasi geopolitik dunia yang menghadapi krisis multilateralisme. Apa lagi tepat pada 26 Juni lalu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) genap berusia 80 tahun, namun justru terjadi pelemahan peran dan semangat multilateral di kancah global.
"Sepuluh tahun setelah PBB berdiri, Konferensi Bandung menolak pembagian dunia dalam zona pengaruh dan memperjuangkan tatanan internasional yang multipolar," ujar Lula menegaskan.
Dalam pernyataan tegas, Lula menyebut BRICS kini menjadi pewaris sah gerakan non-blok, memperjuangkan keadilan global serta memperluas ruang dialog dan kerja sama di tengah dominasi negara-negara besar.
Indonesia yang baru saja bergabung, mendapatkan sambutan hangat dari negara-negara anggota seperti Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan. Di forum ini, para pemimpin BRICS membahas berbagai isu strategis, mulai dari perdamaian dunia, reformasi tata kelola global, kecerdasan buatan, lingkungan hidup, hingga kesehatan global.
Kehadiran Presiden Prabowo tidak hanya menandai babak baru keterlibatan Indonesia dalam forum internasional, tetapi juga menjadi simbol kuat bahwa semangat Konferensi Asia-Afrika Bandung masih hidup dan terus diperjuangkan dalam platform global masa kini.
Reformasi Tata Kelola Global
Bagi Indonesia KTT BRICS 2025 menjadi ruang penting untuk memperkuat posisi dalam tatanan dunia baru yang lebih adil, setara, dan multipolar. Tercatat dalam KTT BRICS kali ini para pemimpin anggota secara resmi mengadopsi Deklarasi Rio, dokumen strategis yang menegaskan arah baru BRICS di tengah perubahan tatanan global.
Di bawah kepemimpinan Brasil, deklarasi tersebut memuat komitmen kuat untuk menguatkan multilateralisme serta mereformasi sistem tata kelola global yang dinilai belum mencerminkan realitas geopolitik abad ke-21.
“Kami menegaskan kembali komitmen kami untuk melakukan reformasi dan perbaikan tata kelola global dengan mendorong sistem internasional dan multilateral yang lebih adil, lebih setara, lebih efektif, lebih representatif, dan lebih demokratis,” tulis kutipan dalam dokumen Deklarasi Rio.
Salah satu poin krusial dalam deklarasi adalah desakan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menjalani reformasi menyeluruh, terutama pada Dewan Keamanan. BRICS menilai, struktur PBB saat ini tidak cukup inklusif dan belum memberi tempat setara bagi negara-negara berkembang dalam menentukan kebijakan global. BRICS menyerukan peningkatan representasi kawasan Global South—termasuk Afrika, Asia, dan Amerika Latin—dalam sistem internasional.
Momen bersejarah tercipta ketika Indonesia secara resmi disambut sebagai anggota penuh BRICS dalam KTT ini. Bergabungnya Indonesia dianggap sebagai langkah strategis dalam memperkuat posisi negara berkembang di panggung global.
Selain Indonesia, BRICS juga memberikan pengakuan sebagai negara mitra kepada Belarus, Bolivia, Kazakhstan, Kuba, Nigeria, Malaysia, Thailand, Vietnam, Uganda, dan Uzbekistan.
Tak hanya isu geopolitik, BRICS juga menyepakati tiga inisiatif strategis lintas sektor yang menjadi bagian dari Deklarasi Rio di antaranya kerangka keuangan iklim BRICS, mendorong pembiayaan adil untuk mitigasi dan adaptasi iklim di negara berkembang serta deklarasi tata kelola global kecerdasan buatan atau AI.
“Inisiatif-inisiatif ini mencerminkan upaya bersama kita untuk mempromosikan solusi yang inklusif dan berkelanjutan atas berbagai masalah global yang mendesak,” tulis dokumen resmi para pemimpin BRICS.
Adopsi Deklarasi Rio mengisyaratkan semangat dunia multipolar yang lebih adil dan demokratis. BRICS kini tak hanya menjadi kekuatan ekonomi, tetapi juga semakin menegaskan diri sebagai poros geopolitik alternatif yang mengusung nilai kesetaraan global.
Kesiapan Indonesia Membangun Relasi
Usai pertemuan di forum BRICS, Presiden Prabowo berenana menyambut Presiden Brasil yang membawa ratusan pebisnis ke Indonesia. “Kami sangat menyambut baik rencana Anda untuk membawa beberapa ratus pengusaha Brasil saat berkunjung ke Indonesia,” ujar Prabowo.
Prabowo menilai langkah itu dapat mendorong kerja sama konkret dalam waktu dekat, terutama di bidang perdagangan dan investasi. “Dengan demikian, kita bisa mendapatkan kerja sama nyata secepat mungkin,” ujar Prabowo menambahkan.
Ia menegaskan Indonesia dan Brasil memiliki banyak kesamaan kepentingan dan potensi besar untuk memperkuat hubungan ekonomi. Kedua negara sama-sama besar, memiliki populasi tinggi, serta kekayaan alam dan keanekaragaman hayati yang luar biasa.
Prabowo mengungkapkan kekagumannya atas kemajuan Brasil dalam sektor pertanian dan bioenergi, serta menyampaikan keinginan Indonesia untuk belajar dari pengalaman Brasil.
“Brasil berada di garis depan. Anda memberi contoh yang baik dalam penggunaan biofuel dan inovasi di bidang pertanian, produktivitas Anda benar-benar akan sangat bermanfaat bagi Indonesia jika kami belajar dari pengalaman Anda,” ucap Prabowo.
Relasi yang akan dibangun Indonesia dengan Brasil berupa akselerasi kerja sama pertanian, eEnergi bersih, dan pertahanan.
Dalam bidang transisi energi, Presiden Prabowo menyampaikan pemerintah Brasil telah menyambut baik rencana Indonesia untuk mengirim lebih banyak tim teknis guna mempelajari teknologi dan modernisasi di sektor pertanian serta pengembangan energi terbarukan.
Dalam kesempatan itu, Presiden Prabowo menegaskan komitmen Indonesia untuk mencapai 100 persen energi terbarukan dalam sepuluh tahun ke depan.
"Targetnya tentu saja 2040, tetapi para ahli saya mengatakan bahwa kita dapat mencapainya jauh lebih cepat. Sekali lagi, kami melihat keberhasilan Brasil dalam mengembangkan biofuel. Dan saya pikir kami bertekad untuk mengejar kemajuan yang telah Brasil capai," katanya.
Menurut Prabowo, ketahanan dan kemandirian pangan merupakan salah satu hal penting bagi Indonesia. Selain itu, Presiden Prabowo menyampaikan Indonesia menilai program Brasil sebagai model inspiratif dalam mendukung ketahanan pangan dan pemenuhan gizi anak.
Sedangkan kerja sama bilateral juga akan diperluas melalui peran Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) Indonesia, serta implementasi perjanjian kerja sama pertahanan dengan meningkatkan pelatihan personel militer dan kolaborasi teknologi sistem rudal dan kapal selam. (*)

