Bahlil: RI Jajaki Kerja Sama Penguatan Bioenergi dengan Brazil
SinPo.id - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan, Indonesia dan Brazil tengah menjajaki kerja sama pengembangan bioenergi. Sebab, 88 persen pasokan listrik Brazil berasal dari sumber energi rendah karbon, seperti tenaga air, angin, surya, dan bioenergi.
Hal itu disampaikan Bahlil yang turut mendampingi Presiden Prabowo Subianto dalam pertemuan bilateral dengan Presiden Brazil Luiz Inacio Lula da Silva, yang membahas isu energi bersih, ketahanan iklim, dan penguatan kerja sama bioenergi, di tengah meningkatnya tantangan global terhadap transisi energi dan perubahan iklim.
"Brazil telah membuktikan dirinya dalam pemanfaatan energi rendah karbon, pengalaman mereka menjadi referensi penting bagi Indonesia yang sedang mempercepat bauran energi bersih," ujar Bahlil dalam keterangannya, Kamis, 10 Juli 2025.
Menurut Bahlil, inisiatif Brazil dalam mengembangkan bioetanol dari tebu, telah menjadikan negara tersebut produsen etanol terbesar kedua di dunia. Model ini sangat relevan dengan rencana Indonesia yang sedang memperluas penggunaan biofuel, termasuk melalui pengembangan bahan baku baru.
"Pengembangan bioetanol merupakan bagian dari strategi nasional untuk menciptakan ekosistem energi yang berkelanjutan dan inklusif," ucapnya.
Bagi Bahlil, selain mendukung transisi energi dan membuka peluang ekonomi baru di daerah, langkah ini juga selaras dengan potensi kerja sama bersama Brazil yang telah memiliki pengalaman panjang dalam mengembangkan bioenergi.
Dia menyampaikan Presiden Prabowo turut menggarisbawahi pentingnya pengalaman Brazil dalam pengembangan biofuel dan sektor pertanian yang terintegrasi. Terlebih, inovasi Brazil dalam kedua bidang tersebut telah memberikan dampak nyata bagi perekonomian dan ketahanan energi, serta menjadi contoh berharga bagi Indonesia.
"Kami melihat keberhasilan Anda (Brazil) dalam mengembangkan biofuel, dan saya pikir kami bertekad untuk mengejar kemajuan yang telah Anda capai," ujar Bahlil menirukan penyampaian Prabowo.
Komitmen Indonesia dalam memperkuat pemanfaatan bioenergi ditegaskan melalui penerbitan Peraturan Menteri ESDM Nomor 4 Tahun 2025 tentang Pengusahaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (BBN). Aturan ini mengatur tata kelola biofuel, termasuk bioethanol secara komprehensif, mulai dari pengusahaan, distribusi, hingga pemanfaatannya di sektor transportasi, dengan insentif bagi pelaku usaha.
"Permen ini menjadi landasan penting bagi kita dalam memperkuat ekosistem bioenergi nasional. Kerja sama dengan Brasil di bidang teknologi, riset, dan peningkatan kapasitas sangat potensial untuk mempercepat implementasi kebijakan ini di lapangan," kata Bahlil.
Pemerintah Indonesia sendiri telah melakukan uji pasar terhadap bioetanol melalui produk Pertamax Green 95, yakni bensin RON 95 yang dicampur dengan 5 persen etanol (E5), yang kini mulai tersedia di beberapa SPBU Pertamina.
Sebagai informasi, kerja sama Indonesia-Brasil sendiri telah diikat dalam Memorandum Saling Pengertian (MSP) di bidang energi dan pertambangan sejak 2008. Cakupannya meliputi kegiatan hulu-hilir, riset, pelatihan, serta pertukaran informasi dan proyek bersama. Kunjungan kenegaraan kali ini diharapkan dapat mengaktifkan kembali implementasi teknis dari MoU tersebut.
Dengan latar belakang perdagangan bilateral yang mencapai US$6,34 miliar pada 2024, momentum kunjungan ini diharapkan mampu memperdalam investasi dan transfer teknologi di sektor energi, mendukung misi transisi hijau, dan memperkuat posisi Indonesia sebagai mitra strategis global dalam menghadapi perubahan iklim.
